“Argh! KI!” Esa melepaskan pagutannya seketika, saat Kiara tiba-tiba menggigit bibirnya dengan lumayan kuat. Esa sampai lupa dengan panggilan sayangnya pada Kiara, karena rasa sakit yang ia dapat pada bibirnya. Kiara memanfaatkan situasi saat ini untuk mendorong tubuh Esa yang berada di atasnya. Bangkit dan berdiri di samping tempat tidur sembari bersedekap. “Keluar, Sa,” usir Kiara dengan tegas. “Kalau kamu nggak keluar, aku balik sekarang juga ke rumah papa.” Esa yang masih mendesis itu lantas melukiskan senyum jahilnya tiba-tiba. Melihat Kiara yang hanya memakai kaos dan celana dalam di depan mata, otak Esa langsung berlarian tidak tentu arah. “Balik aja,” ujar Esa tanpa melepaskan pandangannya pada tubuh Kiara. “Payungnya ada di samping mesin cuci.” Terang saja dahi Kiara mengeru

