Arjuna hendak pergi dari rumah Kania. tiba-tiba dia ingat pada Bima anaknya.Arjuna membalikkan badannya lagi ke arah Kania yang masih terpaku di tempatnya.
"mau apa lagi ha?" tanya Kania.
"Aku mau bertemu anakku".
"Jangan coba-coba dekati anakku.
"Kalau kamu tetap melarangku bertemu Bima, aku akan disini sampai kamu mengijinkan." Juna kembali duduk dan mengangkat sebelah kakinya ditumpukan kesisi yang lain. Seolah tidak peduli dengan wajah cemberut Kania.
"Aku akan teriak biar kamu digebukin orang sekampung"
"Silahkan saja kalo berani. biar kita dinikahin sekalian. aku malah senang" Juna berusaha untuk menekan Kania sekarang. dia yakin Kania akan mengijinkan dia menemui anaknya.
"Bima...!" panggil Kania
"Iya ma, ada apa?" Jawab Bima melangkah keluar dari kamarnya. Bima memang masih kelas 3 SD. tapi dia juga mendengar sedari tadi apa yang dibicarakan Kania dan Juna. untuk sesaat Bima menatap Juna. ada kerinduan seorang anak terhadap ayahnya.
Juna mendekati Bima dan memeluknya.
"Om siapa? kenapa tiba-tiba memeluk ku?" Tanya Bima
"Om ini Ayahmu nak. kamu bisa tanya sama mamahmu." Juna tampak berkaca-kaca. Bima menoleh ke arah Kania. mencoba mencari penjelasan dari Kania.Namun Kania menoleh kearah lain dengan linangan airmata.Dia tidak kuat mengatakan yang sebenarnya. lidahnya tak dapat mengatakan sepatah katapun.
"Benarkah ma? om ini papanya Bima?" Bima memperjelas pertanyaannya pada ibunya.
"Tolong katakan yang sejujurnya Kania. Bima berhak atas kasih sayangku..ayahnya. kamu jangan egois hanya karena kebencianmu padaku, Bima jadi tidak mengenal sosok ayahnya. setidaknya lakukanlah untuk Bima. kalau kamu masih mau membenciku silahkan. tapi jangan pisahkan Bima denganku.
"ma...." Bima memanggil ibunya lagi. Bima memandang ibunya. Dan akhirnya Kania mengangguk.
"iya dia memang papamu nak". Kania kemudian masuk ke kamarnya. dia meninggalkan ayah dan anak itu berdua di luar. Kania duduk bersandar pinggiran ranjang. Akhirnya rahasia yang dia simpan selama sepuluh tahun dari anaknya, kini terbongkar sudah. Kania membenarkan kata Juna, dia tidak boleh egois. Bima berhak tahu siapa ayahnya.
"Papa.." Mendengar panggilan papa dari Bima membuat hati Juna trenyuh. Dia tidak menyangka bisa memeluk anaknya seperti ini.
"Iya sayang.. mulai sekarang panggil papa ya. ini papamu. papa kandungmu nak"
"Horeee.. Bima sekarang punya papa. Bima mau tunjukin papa ke temen-temen Bima ya Pa. kalau Bima ini juga punya papa kayak mereka"
"Iya sayang tentu saja. mulai besok papa yang akan jemput kamu pulang sekolah ya. terus kita main bola, main game. apa aja lah permainan laki-laki. toss donk!" Ayah dan anak itu tampak bahagia sekali. lain halnya dengan Kania yang tertunduk lesu di kamarnya.
"Bahagianya mereka" batin Kania saat mendengar pembicaraan ayah dan anak itu. Kania sadar sekuat apapun dia berperan menjadi seorang ayah dan ibu sekaligus, tetap tidak bisa menggantikan sosok ayah yang sebenarnya.
"Mama..." Kania menoleh ke arah Bima yang sudah ada di depan pintu kamarnya yang terbuka.
"Kenapa.sayang?" Kania mengusap airmatanya.
"papa mau pulang ma.. ma, kenapa papa nggak tinggal sama kita aja?" Tanya Bima polos.
"belum waktunya sayang. yang sabar ya". Kania mengusap kepala anaknya dan berjalan ke luar menemui Juna.
"sudah puaskan kangen-kangenannya?" tanya Kania ketus.
"Kania.. kita harus secepatnya menikah. agar kita bertiga bisa tinggal bersama" perkataan Juna ditanggapi senyuman kecut oleh Kania.
"Bima sekarang sudah tahu semuanya, sekarang permintaanmu ngelunjak dengan ingin menikahiku juga?"
"Kamu memang keras kepala Kania. Jangan pernah menyesal kalau pada akhirnya aku lelah untuk berjuang".
"Kalau kamu mau bertanggung jawab pada Bima silahkan. aku tidak akan melarangnya. semua untuk Bima. Tapi untuk menikahiku, Aku belum bisa menerimamu seutuhnya".
"Apalagi yang kamu ragukan atas diriku Kania?".
"Perjuanganmu."
"Apa masih kurang perjuanganku selama ini Kania?aku rela meninggalkan semuanya hanya untuk kamu"
"Kamu pulanglah Juna.. Aku pengen sendiri sekarang".
"Baik kalau itu maumu. Aku akan pergi. mulai besok, aku yang akan menjemput Bima disekolah. Assalamualaikum.. "
"Waalaikumsalam" balas Kania
********
Beberapa hari berlalu , Juna dan Bima terlihat semakin akrab. Juna telah memposisikan dirinya menjadi seorang ayah siaga untuk putranya. Bima sangat bahagia bahkan dia selalu memamerkan pada teman-temannya setiap kali pulang sekolah.
"Papa... " Bima menghampiri Juna dan memeluknya.
"Bagaimana belajarmu hari ini nak?"
"Tadi Bima ulangan dapat 100 pa" Jawab Bima kegirangan.
"wah pinter sekali anak papa".
"gimana kalo akhir pekan ini kita pergi jalan-jalan ke mall. Bima boleh beli mainan apa aja"
"beneran Pa? sama mama juga ya Pa diajakin."
"iya sayang. nanti Bima yang bilang sama Mama ya. kalo papa yang ajak pasti Mama ga mau"
"iya Pa tenang aja.nanti Bima akan rayu mama biar mama mau ikut.
********
Dengan rayuan Bima , akhirnya Kania mau diajak ke wahana bermain anak yang ada di salah satu mall di Jakarta. Bima dan Juna nampak antusias. sesekali Juna melirik Kania yang sedari awal tidak pernah menunjukkan senyumnya.
"Ahh.... capeknya" Juna merentangkan kedua tangannya setelah selesai bermain bersama Bima..Kania hanya menunggui mereka di pinggiran saja.
"Kita makan dulu yuk" Ajak Juna. Bima meraih tangan mamanya menggenggamnya. dan sebelah tangannya lagi menggenggam tangan Juna..sekarang Bima berada diantara papa dan mamanya. Bima senang sekali. baru kali ini dia merasakan mempunyai keluarga yang utuh.
"Kita makan disini ya" Ajak juna menunjuk restoran cepat saji"
"Iya Pa.. aku mau Pah.." Bima melonjak lonjak kegirangan.
Mereka duduk di salah satu meja. dan menunggu pesanan datang.
"Pak Arjuna?" Tanya seorang wanita cantik dengan pakaian yang terbilang seksi. Kania menatap wanita itu sekilas.
"Hei.. Anggi.. Apa kabar? jawab Juna sambil bersalaman dengan wanita yang bernama Anggi itu.
"Pak Arjuna datang kesini sama siapa?" Wanita itu melirik Kania dan Bima dengan pandangan tidak suka.
"Ini anakku Bima" Kata Juna.
"yang perempuan itu pasti baby sitter anakmu ya Pak?penampilannya itu lho.. ga banget" Kania bergeming mendengar celaan si wanita itu. ingin sekali dia menampar mulut perempuan itu. Kania hanya memutar bola matanya. Kania memang tidak pernah memoles wajahnya berlebihan, dan mengenakan pakaian seadanya yang penting rapi dan menunjukkan identitasnya sebagai pengajar.
"Bukan Nggi. kenalin dia Kania. istriku" bohong Juna. daripada membuka kesempatan untuk Anggi lebih baik dia berbohong untuk menjaga Kania. Iya Anggi adalah teman kekantor Juna. Anggi tak malu walau pernah ditolak oleh Juna waktu itu. Kalau bukan karena otak encernya untuk menghadapi klien, Arjuna sudah memecat Anggi dari dulu. semenjak perusahaan Herman dijakarta dipegang Juna. segala pengambilan keputusan perusahaan itu di pegang oleh Juna.
"Eh..koq Juna manggil aku istrinya?"batin Kania
Anggi Kaget dan salah tingkah. dia langsung undur diri menahan airmatanya yang mengalir. dia tidak menyangka kalo Arjuna ternyata sudah punya anak dan Istri. dia terlihat sangat kecewa.
"Kenapa Kan? koq mienya kamu aduk aduk aja? kamu cemburu ya".
"Siapa juga yang cemburu" Jawab Kania ketus.
"Ga usah pura-pura.. udah kelihatan koq dikeningmu adalah tulisan AKU CEMBURU" goda Juna
"Ihhhh.... Juna.. nyebelin banget sih" tanpa sadar Kania tersenyum ke arah Juna. Senyum yang dirindukan Juna selama ini. Tapi buru-buru Kania mengalihkan wajahnya.
"Kania..."
"hem"
"minggu depan kita menikah ya.besok aku akan ke Bandung menemui orangtuamu. tolong.. bersikaplah kooperatif demi anak kita. kamu mau kan mengantarku menemui orangtuamu?"
Kania tidak menjawab.
"Diammu aku anggap kamu setuju. iya kan Bima?" Bima yang namanya tiba-tiba dipanggil mendongak kebingungan.
"eh... ga bisa.gitu donk" ucap Kania
************