Udara di dalam ruangan itu terasa berbeda—bau keringat bercampur dengan aroma karet alat-alat olahraga. Dia merasa sedikit canggung, terutama karena ini adalah pertama kalinya dia berada di sana. “Zexo, aku sudah selesai, kau masih ingin menemani Gia?” Galano beranjak dan kemudian berjalan ke arah pintu. "Jadi, mau mulai dari mana?" tanya Zexo, meletakkan dumbbellnya dan berjalan mendekati Algia. "Aku tidak tahu," jawab Algia jujur. "Aku bahkan tidak tahu caranya pakai alat-alat ini." Zexo mengangguk, lalu menunjuk treadmill di sudut ruangan. "Kita mulai dari yang gampang aja. Kau lari di situ. Tapi tak perlu lari seperti pelari maraton, ya." Algia mendengus kesal. "Aku tahu. Tak usah mengejek terus." Zexo mengangkat tangan, seolah menyerah. "Oke, oke. Aku tak sedang meng