Maximus menarik Zoe ke dalam pelukannya, menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang ada di sofa. Mereka terdiam, hanya mendengarkan suara napas masing-masing yang perlahan kembali normal setelah percintaan panas mereka. Zoe membiarkan jari-jarinya bermain di d**a Maximus, sementara pria itu menatap langit-langit dengan senyum tipis di wajahnya. “Kau tahu,” ujar Zoe, memecah keheningan. “Aku tidak pernah berpikir ... kita akan sampai pada titik ini lagi.” Maximus menunduk, menatap Zoe dengan tatapan lembut. “Aku juga. Tapi sepertinya takdir tidak ingin kita menjauh.” Zoe tersenyum kecil, tapi ada kesedihan di balik senyumnya. Ia tahu hubungan mereka tidak pernah mudah. Maximus adalah pria dengan banyak ancaman di sekitarnya yang sangat bertolak belakang dari Zoe. Namun, di saat