"Kenapa diam? Apa benar tebakan saya, kalau Mbak Aira bahkan tidak tahu jika di punggung Mas Fachri ada t*i lalat?!" Aira tak menjawab. Gadis itu lebih memilih meninggalkan rumah si bidan sebelum ia akan semakin sakit hati. Sampai di rumah kontrakan, sang mertua belum juga pulang. Aira masuk kamar. Ia menangis tanpa suara di ranjang. Mengapa mendengar penuturan Ayu, begitu membuatnya sakit hati? Benarkah jika suaminya sudah tidur dengan wanita yang saat ini sedang hamil itu? Benarkah jika suaminya adalah ayah dari janin yang sedang Ayu kandung? Pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk dalam otaknya. Namun, mengapa hati kecilnya memintanya bertahan untuk sebuah kebenaran? Gosip semakin panas bergulir. Apalagi, Ayu mengaku kepada kepala Puskesmas, jika memang Fachri yang menghamilinya. N