Mobil Aries berhenti di depan toko Kanaya Florist. Laki-laki itu menoleh sebentar pada Kanaya yang sejak tadi memilih diam dan menatap keluar jendela. Ia hanya bisa menghela napas berat. Lalu memutuskan untuk turun dari dalam mobil.
  Kanaya pagi tadi meminta untuk di antarkan ke toko bunganya. Wanita itu mulai bosan terus berdiam diri di rumah. Jadi, minta di antar ke toko bunga nya. 
Jadi, Aries menuruti saja. Sudah cukup masalah yang sudah ia timbulkan tadi pagi. Dan ia tidak perlu menambahnya lagi.
   Aries mendorong kursi roda menuju toko yang masih tutup. Kanaya memberikan kunci padanya. Dan ia langsung membuka pintu toko itu. Kemudian membawa Istrinya masuk kedalam.
"Kamu pergi aja, aku gak apa-apa sendiri". Kata Kanaya setibanya di dalam. "Pelita bentar lagi nyampe". Lanjut Kanaya tanpa menoleh padanya.
  Aries menghela napas berat, ia menarik kursi roda itu memutar menghadapnya. Membuat Kanaya menatapnya kini.
"Nay, bukan kah kita mau mencoba menjalani pernikahan ini?" Tanya Aries lelah. "Kenapa kamu jadi berubah dingin lagi pada ku?". Tanya Aries menatapnya.
  Kanaya menelan ludahnya, membalas tatapan Aries dengan berani. Kemudian, setelah di rasa lelah ia mengalihkan perhatian nya kebawah. Menghindari tatapan Aries padanya.
"Nay, aku kan sudah mengatakan kalau butuh waktu?. Tidak akan mudah untuk meluruskan nya dengan Dara. Bersabar lah". Kata Aries dengan nada memohon.
  Kanaya memejamkan kedua matanya dengan erat. Mencoba untuk menguasai dirinya kembali. 
Aries berjongkok di hadapan nya, menggenggam kedua tangannya kemudian. Lalu mata itu naik menatapnya.
"Nay, kasih aku waktu".
"Sampai kapan?". Tanya Kanaya menatap lekat pada Aries.
"Tidak akan lama, secepat nya.". Jawab Aries. "Hari ini juga aku akan menyelesaikannya. Aku akan bertemu Dara sekarang, dan berbicara baik-baik dengan nya." Jelas Aries dengan nada serius.
  "Percaya sama aku, ya". Lanjut Aries dengan padangan memohon.
  Kanaya menghela napas, membalas tatapan suaminya lagi dengan lembut. Kemudian kepalanya mengangguk sebagai jawaban. Membuat Aries tersenyum lega. 
Aries langsung mendekat mengecup kening Kanaya dengan sayang. Kemudian melempar senyuman manis pada Kanaya. Setelah itu baru turun mencium dan melumat sebentar bibir ranum milik Kanaya.
"Aku pergi dulu, nanti sore aku jemput". Kata Aries setelah puas.
"Iya". Jawab Kanaya tersenyum kecil.
  Aries tersenyum lebih lebar, ia pun berbalik pergi. 
Dan bersyukur ketika bertemu dengan Pelita yang baru tiba saat ia akan melakukan mobil. Paling tidak, Kanaya tidak terlalu lama sendiri di toko bunga nya.
***
     Aries mengendarai mobilnya dengan santai dalam perjalanan menuju Bandara.
Dengan Dara duduk di sampingnya, memandanginya sejak awal perjalanan.
Meski ia tidak menoleh, ia mengetahui jika perempuan itu tidak melepaskan padangan darinya.
  "Kenapa sih, kamu gak kerja di perusahaan keluarga aja". Kata Dara bersuara setelah sekian lama hening.
  Aries menoleh sebentar pada Dara. Kemudian mengulum senyumnya.
"Gak suka". Jawab Aries membelokkan mobilnya ke area Bandara Soekarno Hatta. "Kamu kan tau, cita-cita aku apa?".
  "Aku gak suka, kamu terlalu sibuk. Sampai lupa sama aku". Kata Dara dengan nada menyindir.
  Aries hanya mengulum senyum, ia menghentikan mobilnya di parkiran. 
Lalu mengajak Dara turun, karena mereka sudah sampai.
  Ia membantu membawakan koper gadis itu menuju terminal keberangkatan luar negeri.
Dara dengan mesra dan manja memeluk lengannya.
  Di tengah jalan, mereka tidak seseorang tidak sengaja menyenggol lengan nya.
Membuat Ia berhenti dan menoleh pada orang tersebut.
"Sor... Aries!". Ucap pria itu pada Aries terkejut. Begitu juga sebaliknya.
"Galih?". Ujar Aries.
  Keduanya kemudian tertawa dan saling berpelukkan.
Galih adalah teman sekolahnya dulu. Bahkan selalu satu kelas dan satu meja. Namun, karena mereka sama-sama kuliah di luar negeri. Komunikasi menjadi jarang.
  "Apa kabar Lo?" Tanya Galih basa basi. Lalu melirik pada Dara, sedikit terkejut namun kemudian dengan mudah bisa menguasai dirinya. "Masih betah aja, langgeng kalian ya". Lanjutnya melirik keduanya.
  Dara dan Aries hanya mengulum senyum.
"Baik kok, Lo gimana?".
"Baik gue". Jawab Galih.
"Ini balik liburan, atau balik selamanya". Tanya Aries lagi.
"Liburan, masih setahun lagi gue". Kata Galih menghela napas.
   Saat mereka tengah mengobrol, tiba-tiba seorang cewek memanggil Galih dari belakang Aries dan Dara. Membuat mereka menoleh.
"Aries, Dara". Ujar Cewek cantik berambut panjang itu.
"Calista?" Gumam Aries tersenyum hangat.
  Aries bukan tidak sadar, bahkan Galih dan Calista juga mengetahui jika Dara mengeratkan pelukkan di lengan kekasihnya.
"Hai, apa kabar?". Sapa Calista mendekati Galih.
  "Baik, Lo?" Jawab Aries dan bertanya kembali.
"Baik kok,. Kalian mau kemana?". 
"Dara harus balik Ke LA, gue cuma nganterin". Jawab Aries dengan senyuman manis.
  "Kalian berdua pacaran?". Tanya Dara saat melirik Calista memeluk mesra lengan Galih.
Aries juga ikut memperhatikan keduanya.
"Mau tunangan, makanya gue balik". Jawab Galih dengan muka malu-malu.
   "Waahhh... Selamat ya". Kata Aries ikut senang.
"Thanks" jawab keduanya. "Ah, nanti datang ya. Eh, minta kontak lo". Kata Galih. Mengansurkan hp nya pada Aries.
Aries langsung mengetikkan kontaknya di hp Galih.
Saat tengah mengetik, Calista menjawab telfon, dan membuat gerak jarinya berhenti setelah mendengar satu nama di sebut.
"Siapa?" Tanya Galih pada kekasihnya.
"Yaya, aku tadi ngabarin dia begitu sampai".  Jawab Calista.
  Galih mengangguk saja, Aries mengembalikan hp ke Galih. "Gue duluan ya". Pamit Aries lebih dulu.
  Galih dan Calista mengangguk, dan keduanya juga ikut berlalu pergi.
  Aries tidak terlalu fokus saat Dara mengajaknya mengobrol, Karena ia menjadi kefikiran. Apa Yaya yang di maksud oleh Calista adalah istrinya?.
"Sayang". Panggil Dara.
"Ha?". Kaget Aries.
"Aku udah harus berangkat". Ujar Dara.
Aries menghela napas, ia pun memberi koper Dara. Saat gadis itu hendak mencium bibir nya, entah reflek dari mana Aries menarik diri. Membuat Dara heran dan bingung.
Tidak biasanya Aries menolaknya.
"Gak enak, diliat orang". Kata Aries melirik sekitar yang memang banyak orang.
Walau itu hanya sebuah alasan.
Dara mengangguk mengerti, akhirnya ia hanya memeluk Aries dengan berbagai fikiran berkecamuk. Namun, ia hanya berdoa jika semua baik-baik saja.
Aries nya masih tetap Aries nya.
***
   Dalam diam dan melamun Aries duduk di balik meja kerjanya.
Teringat akan kejadian pagi tadi saat ia datang kerumah Dara.
Om Anwar mengajaknya mengobrol ketika Dara sedang bersiap. Sambil menunggu, Om Anwar papanya Dara mengajaknya mengobrol di dalam mobil saat beliau hendak pergi ke kantor.
"Maaf Om, saya harus bicara jujur sama Dara tentang pernikahan saya". Kata Aries menunduk.
"Ries, kamu tau kondisi Dara gimana?". Ujar Om Anwar lelah.
"Tapi, saya gak mungkin terus menyembunyikan nya. Saya sudah tidak bisa lagi bersama Dara. Saya sudah menikah Om".
"Kamu menikah karena bentuk tanggung jawab bukan? Ayolah, Ries. Setelah perempuan itu sembuh. Kalian bisa berpisah. Kamu bisa te-".
"Maaf Om, saya gak bisa". Jawab Aries dengan perasaan bersalah.
Om Anwar menatap nya tajam, kemudian menghela napas kasar. Ia sadar ada kemarahan di sana.
"Oke, tapi jangan sekarang. Semalam Dara sempat drop. Kamu tau kan, kalau saya tidak mau Dara kenapa-napa. Kamu tau kondisi Dara gimana. Jadi, tolong jangan sekarang. Saya minta tolong sama kamu. Dia akan balik ke LA. Saya tidak mau dia drop disana." Kata Om Anwar memohon.
  Aries terlihat bingung. "Saya memohon sama kamu,. Ries. Dara sangat mencintai kamu. Tapi, saya juga sadar tidak bisa memaksa kan kehendak kami sama kamu.". Jelas Om Anwar.
  Ia akhirnya menghela napas berat. Kemudian kepalanya mengangguk sebagai jawaban.
  Aries mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Lalu menghela napas kasar. Kepalanya pusing, ia mengambil hp dan mendial kontak Kanaya.
Bibir nya tersenyum, paling tidak Kanaya bisa membuatnya tersenyum meski hanya menyebut nama wanita itu.
"Hallo?". Suara Kanaya terdengar lembut. Membuat hatinya tenang seketika.
"Kamu lagi apa?  Aku kesana ya? Makan siang." Ujar Aries dengan senyuman.
"Sempat? Kamu gak sibuk?". 
"Enggak kok, kerjaan aku udah beres." Bohongnya. 
"Yaudah. Mau aku pesenin makan siang apa?".
"Gak apa, nanti aku beli di Jalan aja. Kamu mau makan apa?". 
"Nasi Padang aja". Aries tertawa senang. Ia juga sangat menyukai nasi Padang.
  Setelah selesai, ia memutuskan sambungan telfon. Lalu membereskan  berkas-berkas yang berserakan di atas mejanya. Memasukkan kedalam ranselnya untuk ia bawa pulang.
Kemudian, langsung pergi dari sana.  Kebetulan juga, Pak Bima sedang keluar. Dan entah kapan akan kembali. Ia juga bisa memberi laporan dari mana saja. Jadi, tidak akan terganggu.
***
  Kanaya baru saja memutuskan sambungan telfon dengan Aries ketika tamu spesial datang dan masuk kedalam tokonya.
"Yayaaaaa!". 
  Kanaya langsung menoleh, dan terkejut melihat Calista - sahabatnya-. Masuk kedalam dan langsung menghampirinya.
Dan kemudian tiba-tiba berhenti ketika melihat dirinya.
Calista langsung terkejut bukan main. Begitu juga dengan Galih yang menyusul di belakang.
"Ya, apa yang terjadi? Kamu kenapa ?". Tanya Calista dengan terkejut. Ia mendekat dan memperhatikan Kanaya yang duduk di kursi roda. 
Lalu tiba-tiba air matanya turun begitu saja. "Ya-".
"Yaya, kamu kenapa?!". Tanya Galih juga sama khawatirnya.
  "Aku gapapa kok" jawab Kanaya dengan senyuman biasa. "Kalian abis dari mana?".
"Itu gak penting,!". Kata Calista sedikit marah. "Kenapa kamu gak bilang,? Kenapa gak ngabarin hah?!. Ini alasan kamu hilang kabar lima bulan ini?!". Marahnya dalam isakkan.
  Kanaya tersenyum kecut, ia kemudian menghela napas. Menarik tangan sahabatnya agar duduk dulu. Dan ia akan menceritakan semua yang terjadi selama lima bulan ini.
Dan itu membuat Calista dan Galih kaget juga sedih. Apalagi saat mengetahui Ayahnya meninggal dunia.
"What? Menikah?". Seru Calista dan Galih bersamaan. Membuat Kanaya tersenyum gemas, keduanya selalu saja bisa sehati.
"Iya, aku cuma ikut kemauan Ayah.". Jelas Kanaya.
"Ini udah gila". Tanggap Calista mulai frustasi. Gadis itu mengusap air matanya. Menatap tidak mengerti dengan jalan fikiran sahabatnya itu.
"Sekarang bagaimana?". Tanya Galih yang lebih bisa menenangkan diri.
"Baik-baik saja". Jawab Kanaya tersenyum.
"Kamu yakin?" Tanya Galih cemas.
  Kanaya mengangguk dengan senyuman. Ia sempat menghela napas ketika mengingat bagaimana hubungan ia dan Aries saat di awal.
"Awalnya sulit, karena aku tidak mau banyak berharap sama Aries. Jadi, aku coba buat nutup di-".
"Tunggu!" Sela Calista dengan dahi berkerut dan perasaan cemas. " Siapa namanya?". Tanya Calista.
"Aries". Jawab Kanaya dengan senyum lembut.
"Jangan bilang, Aries Alkio Rajasa?". Tanya Calista ragu.
"Kamu kenal?". Tanya Kanaya terkejut.
Dan panjang umur, sang punya nama muncul di ambang pintu dengan sedikit basah karena di luar mulai turun hujan.
"Nay, maaf aku la-. Ma". Ucapan Aries memelan melihat bukan hanya Kanaya di sana.
Tapi, ada dua orang yang baru ia temui di Bandara tadi saat mengantar Dara.
  Calista langsung menatap Galih, seolah memberi kode yang tidak ada yang mengerti kecuali mereka berdua.
"Hai, kalian berdua -". Ucapan Aries tertelan. Ia kemudian mengingat sesuatu. 
Galih tiba-tiba berdiri. Mengambil kantung plastik yang di bawa Aries dan meletakkannya di atas meja.
"Ikut gue!". Perintah Galih dengan dingin dan emosi tertahan. Bahkan, laki-laki itu menarik kerah kemeja Aries dengan kasar.
"Gal-". Kanaya tidak suka dengan perlakuan Galih pada suaminya. Ingin marah tapi, Calista menahannya.
   Dan Galih tidak mendengar panggilan atau teguran itu.
Ia terus membawa Aries keluar dari dalam toko. Menuju ke depan ketempat yang tidak terlihat dari dalam.
Bugh!.
  Satu pukulan melayang ke wajah Aries. Dan darah segar langsung mengalir dari sudut bibirnya.
"Sekali lo nyakitin Kanaya, gue bunuh loe!".