19.

1127 Kata
Mereka berdua tiba di ruang meeting terlalu awal, sehingga ruangan meeting itu masih sepi dan belum terlihat adanya orang yang menunggu di sana. Memang ini belum jam 09.00, dan seperti biasa kalau acara diadakan jam 09.00 maka paling cepat ruangan meeting itu akan terisi di jam 09.00 persis. Para petinggi-petinggi perusahaan dan juga investor tidak akan mungkin datang persis jam 09.00, jadi wajar kalau ruangan itu masih kosong. "Kita mau tunggu disini atau di ruangan ku saja?" tanya Erwin dengan nada lembut gak seperti waktu ada orang lain bersama dengan mereka. Mungkin ini yang dimaksud profesionalitas oleh Erwin. Lagian Calistanya sendiri juga tidak mau menunjukkan kepada semua orang tentang hubungan dan kedekatan mereka. "Di sini aja lah, kan sebentar lagi juga bakalan mulai?" kata Calista dengan nada santai, ia langsung mengambil posisi duduk terbaiknya. Sedangkan Erwin mengambil posisi duduk di samping Calista. "Emang kamu bakal duduk disini? " tanya Calista dengan raut wajah heran. "Ya iyalah!" sahut Erwin dengan nada santai juga. "Kamu duduknya tuh di depan, kalau aku emang harusnya duduk di sini." sahut Calista sambil mendorong tubuh Erwin agar maju ke depan. "Ya ampun Ca! Ini kan belum mulai juga. Nanti biar papa aja yang atur kita duduk dimana. Sementara ini biar begini dulu. Jadi aku bisa nemenin kamu. Lagian belum ada orang jadi kamu bakalan kesepian kalau aku tinggal duduk di depan." kata Erwin sambil menaik turunkan alisnya. Calista hanya bisa diam. Kayaknya melawan calon CEO ini akan berakhir buruk. Jadi membiarkan kehadiran Erwin di sampingnya juga tidak merugikan dirinya. Akhirnya mereka berdua membicarakan hal-hal terkait masalah pernikahan mereka. Sambil bercanda ria, menghabiskan waktu sekitar 10 menit. Untungnya tak lama kemudian para pemegang saham, investor, juga papanya Erwin datang. Sebetulnya papanya Erwin alias bapak Arya baru datang sesudah pukul 09.10 menit. Saat masuk ke dalam ruangan pak Arya sedang berbincang bincang bersama beberapa orang pemegang saham. Tiba tiba tertegun saat melihat anak laki lakinya duduk di sebelah Caca, calon menantunya itu, yang aneh wajah anak laki lakinya dihiasi dengan luka yang cukup kentara di kening. Padahal tadi pas sarapan belum ada deh! Apa mungkin habis bertengkar dengan Caca dan di smack down sama Caca? Memikirkan tentang hal itu, pak Arya jadi tertawa kecil, membuat heran orang yang sedang mengobrol dengannya. "Maaf pak? Kenapa bapak tertawa?" tanya pemegang saham, lawan bicaranya itu. Pertanyaan itu membuat pak Arya sedikit gelagapan. Sebenarnya pembicaraan dengan lawan bicaranya itu sedikit serius, tapi tiba-tiba pak Arya tertawa ini jelas membingungkan bagi lawan bicaranya itu. "Ha ha ha, gak apa apa! Hanya merasa senang saja kalau sebentar lagi saya akan bisa beristirahat karena sudah ada anak saya yang akan menggantikan kedudukan saya." katanya dengan wajah sumringah. "Ya, saya cukup kaget kalau ternyata pak Erwin itu adalah anak laki laki pak Arya!" kata pria yang menjadi lawan bicara dari bapak Arya, sambil tertawa bersama. Ya, mereka kebanyakan baru tahu kalau Erwin adalah anak laki laki pak Arya, begitulah Erwin, ia tidak mau kalau dirinya dianggap sebagai anak dan pewaris Adinata corp. Tujuannya hanya satu, ia ingin kerja kerasnya bekerja di hargai sebagai Erwin dan bukan karena ia anak laki laki CEO di Adinata corp. "Ya tak tahu kenapa dia malu kalau mengaku anak saya!" kata Arya dengan senyum masam. "Mungkin dia tidak mau kalau kerjanya tidak dianggap. Yah tahulah anak jaman sekarang." sahut investor bertubuh tambun dan berusia kira kira sebaya dengan pak Arya. "Tepat sekali, emang begitulah si Erwin. Dia merasa kerja kerasnya tidak akan dihargai kalau dia mengaku dirinya adalah anak dari pemilik perusahaan ini." sahut pak Arya masih dengan wajahnya yang kesal. Dia memberikan kode kepada Erwin agar mendekat padanya, karena sedari tadi putranya itu terus menempel dengan Caca. Walau tidak berbincang dengan Caca, tapi gesture Erwin selalu condong ke Calista membuat pak Arya jengah. " Erwin!" panggilnya dengan nada berwibawa. Pak Arya ingin mengenalkan Erwin dengan para investor besar dan juga para pemegang saham. Erwin mendekat dengan langkahnya dan wajahnya yang tampak datar dan dingin. Dia juga jaga image di hadapan para pemegang saham dan investor besar. Erwin sudah tahu apa yang harus dilakukan. Laki-laki itu sudah terbiasa melakukan pendekatan terhadap investor dan juga pemegang saham. Basa basi dan ngobrol sebelum acara dimulai, mencari simpati massa. Setelah diperkenalkan dengan seluruh yang datang, pak Arya meminta Erwin duduk di sampingnya meninggalkan Calista yang duduk bersama para kepala bagian, pejabat tinggi dan juga pemegang saham, sedangkan investor duduk bersama CEO lama dan calon CEO baru. Tatapan mata Erwin masih mengawasi keberadaan Calista yang duduk bersama pejabat tinggi perusahaan yang rupanya sudah Caca kenal, karena buktinya dia dengan mudah membaur dengan mereka. Waktu serasa lama berlalu, dan setelah penahbisan CEO baru dan Erwin selesai memberikan sepatah dua patah kata, pak Arya langsung saja mengambil alih lagi komando. "Maaf, sebelum saya resmi mengundurkan diri, saya ingin sedikit berbagi kabar gembira." kata pak Arya dengan suaranya yang berwibawa khas seorang CEO. “Saya memang sudah tidak lagi menjabat sebagai CEO, akan tetapi sebagai owner sekaligus seorang ayah, saya ingin membagikan sedikit kabar baik yang bisa menjadi undangan buat kalian semua para investor dan pejabat tinggi serta pemegang saham, bahwa 2 minggu dari sekarang tepatnya di akhir bulan November ini, saya akan menikahkan anak laki laki saya ini, dengan seorang wanita yang dipilih olehnya sendiri.” kata pak Arya, sambil menatap Erwin yang juga sedang menatap sang papa. “Wanita pilihan anak saya itu, bukanlah orang yang tidak kalian kenal. Kebetulan memang wanita itu sekarang ada di tempat ini karena ia menjabat sebagai kepala HRD baru yang tadi juga sudah diperkenalkan kepada kalian semuanya, yaitu ibu Calista Mahendrata! " Lanjut pak Arya sambil menyuruh calon menantunya itu untuk berdiri. Supaya bisa diperkenalkan pada investor juga jajaran pemegang saham serta pejabat-pejabat tinggi di perusahaan. “Kalian pasti tidak asing dengan ibu Calista karena ibu Calista ini adalah HRD di kantor cabang Bandung yang memiliki segudang prestasi, jadi pengangkatannya kali ini bukan karena ia calon istri dari anak saya, tapi memang karena dia memiliki kinerja yang mumpuni bahkan pengangkatannya juga bukan referensi dari saya ataupun anak saya, melainkan memang dirapatkan oleh para pejabat tinggi perusahaan sehingga bisa dipertanggung jawabkan oleh kita semua. ”Jelas pak Arya, yang langsung dikonfirmasi oleh beberapa petinggi perusahaan yang memang memilih Calista sebagai HRD baru, dengan menganggukkan kepala mereka, menyetujui apa yang dikatakan oleh pak Arya. “Sekian kabar baik dari saya! Ini dianggap sebagai undangan bagi kalian semua untuk menghadiri perhelatan Akbar yang akan saya buat di akhir November ini. Dan supaya tidak menimbulkan desas-desus yang tidak enak, pernikahan dipercepat karena anak saya sudah tua, supaya saya bisa cepat mendapat cucu. ”Jelas pak Arya yang langsung di sambut dengan tawa meriah oleh semua yang hadir. Wajah Calista tampak merah, sedang wajah CEO baru yang bernama Erwin, tetap saja datar dan dingin. Pingin menimpuk deh jadinya!! . . . TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN