Sesampainya mereka di area Lobby wajah Erwin berubah. Ia menjaga imagenya dengan tidak banyak tersenyum seperti tadi.
Ia sudah terbiasa terlihat datar dan dingin sama sekali tidak seperti ketika dia bersama dengan Calista. Emang itu adalah profil Erwin ketika berada di perusahaan. Seorang laki-laki yang berdedikasi tinggi dan serius di dalam pekerjaannya.
Banyak wanita yang mengidolakan laki-laki seperti Erwin. Jadi memang Erwin banyak sekali fans-fansnya. Sekalipun laki-laki yang berstatus duda tidak pernah menghiraukan wanita-wanita yang memujanya itu, tapi masih saja tetap banyak wanita yang terpesona dengan Erwin. Tapi Erein malah jatuh cinta dan terperangkap pada sosok wanita lebih polos dan selalu memakai pakaian seadanya namun masih terlihat chic dan modern, yaitu Caca alias Calista.
Erwin berlagak mengantar dan menunjukan kepada Caca cara untuk absen dan mengantarnya ke kantornya yang lama, supaya Caca tidak bingung.
Padahal Caca-nya sendiri terlihat santai, karena jangan lupa Caca juga pernah magang di kantor pusat. Semua itu dilakukan Erwin untuk sekedar modus saja. Laki laki posesif itu ingin tahu, siapa saja laki laki yang saat ini sudah melirik lirik sama kekasihnya. Caca ini outstanding person, walau terlihat sederhana, tapi daya tariknya tidak main main.
Anak kantor memang belum tahu siapakah Caca dimata Erwin. Mereka berpikir, itu hanya cara Erwin untuk bersikap sopan kepada penggantinya. Walau sebenarnya mereka juga merasa aneh. Karena pada dasarnya, Erwin itu bukan orang yang suka mencampuri urusan anak buah. Laki laki itu juga datar dan dingin, karena kesedihannya akan kehilangan orang yang disayangi, membuat Erwin menutup diri.
Mereka tentunya belum tahu posisi Caca yang akan menjadi calon istri dari Erwin, jadi pekerja laki laki dengan bebas menatap Caca, yang kelihatan menarik dengan outfit kantornya yang simple dan wajah bebas make up serta bulu mata yang lentik miliknya.
Bahkan Caca lebih terlihat seperti anak magang yang baru saja masuk ke kantor, saking terlihat muda dan menarik.
Itu yang tidak ingin Erwin lihat sebenarnya, orang laki laki di kantor mengagumi calon istrinya. Maka ia memantau pergerakan semua laki-laki yang terlihat ingin mendekati calon istrinya.
Mau menunjukan kepemilikan, juga belum boleh oleh Caca. Nantinya hanya investor, pemegang saham dan juga petinggi kantor saja yang akan mengetahui tentang siapa Caca sebenarnya, melalui pemberitahuan yang akan diberikan oleh Pak Arya di rapat nanti.
Erwin tentunya memperkenalkan Calista kepada seluruh pegawai di kantor HRD, sebagai kepala HRD baru, yang akan menggantikan tugasnya.
"Halo selamat pagi, saya Calista Mahendrata, saya akan menggantikan posisi pak Erwin sebagai kepala HRD di kantor ini." katanya dengan ramah kepada seluruh penghuni kantor HRD.
"Pagi bu Calista, selamat menikmati jabatan baru, semoga betah. Saya Liliana, asisten HRD, itu Fajar, staf HRD 1 dan Leon, Staf HRD 2. " kata seorang wanita cantik bertubuh mungil sambil mengajak Calista bersalaman.
"Ah semoga kita semua bisa bekerja sama dengan baik." kata Calista dengan sopan, sambil mengajak Fajar dan Leon bersalaman.
"Untung sekarang ada ibu Calista, jadi saya gak jadi satu satunya cewek di bagian HRD." kata Liliana dengan nada lega.
"Ha ha ha iya juga ya, berarti dulu bu Liliana juga jadi asisten pak Erwin?" tanya Calista lagi, padahal Erwin-nya juga masih ada disitu, tapi karena sedari tadi hanya diam dan memantau pandangan laki laki yang mengarah pada Caca, jadi kayak orang gak kelihatan ya.
"Bukan, saya hanya staf HRD saja, Leon itu juga baru masuk untuk menggantikan posisi saya, karena dulu semuanya di handle langsung oleh pak Erwin yang multitalent. Makanya pak Erwin langsung bisa jadi CEO menggantikan pak Arya. Karena kinerjanya di semua bidang sangatlah luar biasa." kata Liliana sambil menatap pak Erwin dengan tatapan memuja. Sejujurnya Calista juga terkejut dengan respon Liliana yang tampak menyukai calon suaminya. Tapi Erwin tetap datar dan dingin saja.
"Eem, saya rasa sudah cukup perkenalannya karena bu Calista harus ikut rapat bersama dengan saya di ruangan meeting bersama pak Arya dan para pemegang saham." kata Erwin memecahkan ketegangan dan kecanggungan akibat ucapan Liliana, tadi Calista pun hanya tersenyum dan membereskan tempatnya dan membawa berkas berkas yang nantinya bakal dibutuhkan di rapat nanti.
"Jangan lupa kita harus makan makan loh pak Erwin! Anggap saja farewell party naiknya jabatan bapak menjadi CEO." kata Liliana dengan bercanda.
"Atur saja bersama anak HRD. Nanti siang kita sama sama makan di cafe kantor." kata Erwin dengan nada datar. Tapi gaya Erwin tidak sedingin yang lalu, sehingga menimbulkan keterkejutan dan tentunya banyak pertanyaan dari anak buahnya yang lain.
Liliana saling pandang dengan Fajar, ia tidak mengira kalau permintaan makan makan mereka disetujui oleh Erwin, padahal biasanya sang HRD tampan itu dingin dan tidak mau bergabung dalam acara acara bersama sama anak kantor.
"Ba.. baik pak, nanti akan kita atur. Budgetnya gimana?" tanya Liliana dengan terbata, soalnya ia tidak menyangka kalau sang HRD lama, jadi murah hati banget.
“Kalian atur saja, jangan lupa tulis apa saja makanan yang akan kalian pesan, bilang sama pegawai kantin kalau semua tagihannya atas nama pak Erwin. Jangan khawatir kalian bisa pesan apapun yang kalian mau, saya yang akan langsung membayarnya di kantin.” Erwin berkata dengan enteng, tanpa senyum dan masih terlihat datar.
Semua masih agak bingung, apakah ajakan dari pak Erwin itu sungguhan atau tidak? Karena pak Erwin nya sendiri masih terlihat datar dan terlihat niat untuk mentraktir mereka semua.
“Ini sungguhan kan pak?” Tanya Fajar setelah menerima kode agar bertanya pada Erwin dari Liliana, memastikan undangan traktiran itu nyata dan bukan sekedar fatamorgana.
“Tentu! Masa saya berbohong?” Kata katanya terdengar ramah, tapi tidak demikian dengan wajahnya yang masih dalam settingan datar dan dingin, tanpa senyum.
"Ayo bu Calista, kita segera naik ke ruang meeting!" kata Erwin lagi, sambil mempersilahkan Calista untuk mendahuluinya sebagai bentuk kesopanan, sedangkan Calista masih heran dengan tingkah anak HRD lain yang kelihatan bingung melihat Erwin.
Akhirnya Calista hanya bisa menanggapi dengan santai, Erwin emang begitu kalau di kantor. Awal dirinya ketemu dengan Erwin, malah Erwin itu jutek dan ngeselin. Tapi setelah bergaul berhari hari dengannya, ya jadi biasa saja.
"Baik pakk!" sahut Calista.
"Saya ke atas untuk meeting dulu ya, bu Liliana , Pak Fajar dan Pak Leon." kata Calista dengan ramah serta penuh senyum. Kalau Erwin ya hanya menganggukkan kepalanya saja, tanpa suara.
Semua maklum dengan mantan HRD yang memang dijuluki SI WAJAH DATAR. Mau mentraktir mereka saja, udah merupakan sebuah kemajuan.
Leon menatap senyum Calista yang ramah dengan sedikit terbengong. Maklumlah, ia biasa kena wajah datar, sekarang ketemu wajah cantik yang ramah. Tentu jadi hiburan tersendiri bagi cowok cowok jomblo kayak Fajar dan Leon.
Calista itu terhitung seorang wanita cantik, walau tanpa make up sama sekali. Tapi jelas ekspresi Leon membuat Erwin sedikit gerah, walau pada akhirnya, ia juga tidak bisa berbuat apa apa. Masa iya dia harus menyimpan Calista di dalam kamar saja? Sehingga tak ada yang lihat kecantikan dan keimutan Calista, hadeh!!
.
.
.
TBC