Ting..Pintu lift itu terbuka, Calista langsung mencari cari ruangan yang dimaksud oleh mas Erwin, di teleponnya tadi. Dan untung aja ketemu, ia langsung masuk setelah mengetuk pintu.
" Maaf mas, saya Calista HRD yang dari kantor cabang Bandung. Dengan mas Erwin kan?" tanya Calista dengan ramah dan penuh senyum.
Orang laki laki yang ada di dalam ruangan meeting hanya diam dan memandangi wajah gadis yang mengaku bernama Calista dari atas sampai bawah, kemudian terdiam cukup lama sampai Calista akhirnya mendekati dan melambaikan tangan ke arah mas Erwin yang tertegun melihat Calista, entah apa yang dipikirkannya saat ini. Pertemuan pertama yang mendebarkan Erwin.
" Mass.. " Calista memanggilnya sekali lagi, sehingga Erwin terlonjak merasa terkejut dengan teriakan Calista yang terakhir.
Erwin merasa familiar dengan wajah Calista. Dan dengan jujur hatinya berkata kalau gadis cantik dihadapannya menarik perhatian dan membuat hatinya sedikit berdetak lebih kencang. Hal yang tidak pernah terjadi selama 4 tahun setelah kematian orang orang yang dikasihinya.
Bagi Erwin, sekilas bentuk tubuh dan keseksian Calista mirip dengan mendiang istrinya. Padahal ia tahu kalau Calista datang dengan apa adanya, hanya memakai celana kain 7/8 warna hitam, kemeja putih ketat lengan panjang yang menampilkan lekuk tubuhnya, dan rambutnya yang panjang tergerai indah. Walau tampak simple dan tidak memakai make up, Calista tampak mempesona dan menarik perhatian.
" Ehm, oya silahkan duduk." kata Erwin salah tingkah.
" Baik mas, eh pak!"
" Kenapa panggilannya ganti pak? Apa saya kelihatan tua?" Erwin sedikit tersentil, walau ia sadar usianya pasti jauh lebih tua dibanding gadis dihadapannya itu.
" Ehm saya tadi dengar rumor kalau bapak bakal naik jabatan, cukup tinggi, jadi saya ga enak kalau panggilnya mas. Padahal kan junior, harus hormat dengan senior." kata Calista menghindar, padahal ia bisa memperkirakan usia Erwin itu mungkin sekitar 35 tahun, jadi beda 10 tahunan dengan dirinya, kalau dipanggil mas kok rasanya kurang sopan.
" Kalau belum tahu kebenarannya, ada lebih baik kalau pakai panggilan yang biasanya saja. Kesannya membedakan strata sosial." kata Erwin dengan dingin.
" Oh maaf, pak! Jadi pakai panggilan mas aja? Saya hanya ga mau terlihat kurang sopan aja. Ha ha ha soalnya saya kan anak baru." tawa renyah Calista mengalihkan dunia Erwin. Ingin Erwin terus menatap Gadis manis dihadapannya itu. Tapi ia sadar, kalau itu ga sopan.
" Sudahlah! Terserah kamu mau manggil apa. I prefer you call me ' Mas'. Mana berkas yang saya minta? Surat rekomendasi kantor cabang juga kamu bawa kan?" tanya Erwin mencoba untuk fokus dengan pekerjaannya. Begitu pula dengan Calista yang mulai tenggelam dengan pekerjaannya dengan Erwin. Karena Calista tidak memiliki tendensi apa apa dengan Erwin, maka ia bisa dengan tenang menyelesaikan apa yang diminta. Bahkan apa yang diajarkan oleh Erwin nyantol dengan cepat di otak cerdas Calista.
"Jadi kamu sudah mengerti apa saja yang menjadi tugas kamu kan?" tanya Erwin sambil menatap ke netra Caliista. Sejujurnya ia sangat mengagumi kecerdasannya.
" Siap dong mas! Rekrutmen dan seleksi. Melakukan training dan development. Compensation and benefit, Personnel Administration, Penilaian kinerja karyawan. Ah juga membuat Career planning. Serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Oh juga merancang program bermanfaat di dalam perusahaan. Gitu ya mas? " Calista bisa dengan mudah merangkum dan menjabarkan ulang apa saja yang sudah dipaparkan oleh Erwin. Suatu nilai tambah yang membuat Erwin tambah kagum dengan gadis di hadapannya itu.
" Tepat sekali! Itu teory yang perlu kamu ketahui. Tapi ingat, ini bukan sekolahan, yang terpenting adalah kerja nyata, bukan sekedar teory. Kalau kamu ada pertanyaan bisa langsung menghubungi saya." jelas Erwin lagi. Kalau nantinya ia sah menjadi CEO, ia harap Calista bakal jadi orang yang bisa ia andalkan.
" Tentu mas! Saya mengerti, terimakasih buat short course nya. Kalau ada yang perlu di didiskusikan, saya masih boleh menghubungi mas Erwin dong?" tanya Calista basa basi, aslinya ia sangat segan dengan mas Erwin ini. Tatapan matanya yang dari tadi seakan memgintimidasi membuat Calista sedikit tidak nyaman.
" Saya berharap banyak dengan kamu. Silahkan bertanya apa saja yang kamu ga ngerti, perlahan aja belajarnya." kata Erwin masih dengn nada dingin. Tapi tatapan matanya membuat Calista salah tingkah.
" Baik mas. Kalau mas Erwin sudah selesai. Saya boleh pulang? Seingat saya, mas Erwin ada janji, makanya pertemuan kita dipercepat?" peringat Calista, karena seakan Erwin tidak selesai selesai membahas pekerjaan. Padahal tadi katanya ia mempercepat pertemuan karena ia ada janji lain.
Erwin terperangah, kesannya gadis ini ingin segera berlalu darinya. Tapi entah kenapa ia nyaman dengan gadis ini, sehingga ia ingin bersama dengan gadis ini lebih lama.Tidak biasanya ia memiliki chemistry dengan seorang gadis apalagi setelah kematian istri dan anaknya 4 tahun yang lalu. Ehm ada juga sedikit perasaan ga rela berpisah. Padahal ia juga sadar, kalau tadi awalnya ia ingin mempercepat pertemuannya dengan gadis ini.
" Saya tadi hanya ingin mengecek dedikasi kamu saja, apakah kamu berdedikasi atau tidak sih!." sahut Erwin sedikit menghindari tatapan Calista yang membuatnya berkesan sangat mendalam pada Temu Pertamanya itu. Membuat Calista cukup terkejut sehingga tersedak liurnya sendiri sehingga ia terbatuk batuk.
" Uhuk uhuk!"
" Nih minum! " Erwin menyodorkan botol minumnya yang segede gaban dan tanpa sadar Calista meminumnya karena tenggorokannya terasa panas.
" Makasih mas! Loh ini..." Calista langsung auto sadar kalau ia minum dari drink jar miliki mas Erwin. Pipinya merona, karena ia berpikir bahwa ia seperti berciuman secara tidak langsung dengan mas Erwin.
" Jangan berpikir yang tidak tidak. Ini masih baru kok, baru di siapkan oleh OB kantor."
" Siapa yang berpikir macam macam?" Calista berusaha menghindar. Padahal sejujurnya, ia sudah malu banget.
" Saya hanya menolong kamu saja."
" Iya saya tahu mas!"
" Ayo sekalian kita makan siang di cafe kantor? Kamu pasti lapar kan karena tadi kesini kan baru bangun tidur, bahkan sampai ngigau tukang bubur." sindir Erwin lagi.
" Ha ha ha mas Erwin bisa saja. Iya soalnya saya baru nyampe tengah malam ke apartemen temen saya itu. Masih harus beberes dokumen dan barang barang saya juga. Jadi ingin bangun siang. Soalnya kan kita sebenarnya janjiannya siang hari, mana tahu kalau tiba tiba mas Erwin memajukan janji." jelas Calista sedikit menyindir kalau Erwinlah yang mengubah janji tapi tetap sambil tersenyum dan mengigit gigit bibirnya dengan latah kalau ia merasa cemas. Ya iyalah cemas, takut Erwin tersinggung juga.
" Saking lapar ya? Kok kamu sampai gigitin bibir kamu?"
" Ah? Yah itu kayak kebiasaan buruk saya saja sih mas. Tapi tebakan mas benar, ya tadi saya kesini emang belum sarapan."
" Saya tahu. Bahkan ini sudah hampir masuk jam makan siang. Pasti kamu kelaparan. "kata Erwin sambil membereskan berkas dan kertas kertas yang berserakan.
" Saya bantu mas!" kata Calista yang ga enak melihat Erwin sibuk sedangkan dirinya santai. Tapi emang dirinya tak membawa apa apa kecuali berkas di amplop coklat dan sling bag yang sudah ia siapkan malam tadi.
" Wah kalau begini, ntar kalau saya butuh asisten,bisa minta kamu untuk jadi asisten saya." mungkin Erwin ingin mencairkan suasana yang agak kaku. Maklum sudah lama Erwin tidak menjadi pribadi yang hangat apabila berhubungan dengan wanita. Tapi entah kenapa ia ga ingin dikenal sebagai pribadi yang dingin khusus untuk gadis di hadapannya ini.
" Ha ha ha kalau naik gaji bolehlah mas." Calista pada dasarnya adalah anak yang easy going. Mudah menyesuaikan diri pada situasi awkward sekalipun. Pribadinya riang, mandiri dan dewasa.
" Ayo, segera ke cafe kantor. Lokasinya sebelah kantor saja. Sebenernya cafe ini dibuka untuk masyarakat umum, jadi sekalipun kantor libur, cafe itu tetap buka." ajak Erwin sambil membawa berkas berkasnya dan memasukannya ke dalam tas kantor miliknya.
" Mas, kayak sedang orientasi deh. Mengenalkan spot spot di perusahaan kepada anak baru. Saya juga magangnya dulu di sini juga loh mas. Jadi sedikit banyak saya sudah tahu lingkungan kantor pusat." sanggah Calista sambil tersenyum ala iklan pasta gigi. Manis dan menarik perhatian Erwin!
Entah kenapa jantungnya berdebar kencang, kayak mau lepas dari tempatnya!! Argghhh
.
.
.
TBC