Chapter 45: Kebenaran dan Kebohongan

1952 Kata

“Turunlah.” Sebuah tangan terulur ke depan ambang pintu kereta, mengarah lurus pada Loka yang hendak melangkahkan kaki ke luar dan turun kembali ke Lapangan Watangan. Arak-arakan sudah tiba di titik mereka berangkat, kali ini berganti dengan acara sambutan dari para petinggi kerajaan—termasuk Hayam Wuruk. Namun, pria itu masih setia berdiri di samping Loka dan tersenyum manis ke arahnya. “Ada apa?” tanya Loka, sedikit gerah dan salah tingkah melihat tatapan pria tersebut. Hayam Wuruk menggeleng pelan, mereka masih tetap diam di samping kereta kuda yang kusirnya sudah pergi entah ke mana. Loka mencibir pelan, “Dasar aneh, senyum-senyum enggak jelas. Udah, ah, aku mau pergi ke Panggung Luhur dan duduk di sana. Sebentar lagi acara sambutan akan dimulai, bukan? Aku juga sudah lapar, mari,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN