“Ah! Ma-maafkan aku!” Loka sontak menutup mata menggunakan kedua telapak tangan begitu mendapati pemandangan menggairahkan tersebut. Jika saja bukan karena rasa malu dan norma lingkungan yang sudah mengakar di dalam nadi, Loka sudah pasti akan membuka mata lebar dan mimisan parah melihat semua otot di perut pria tersebut. Hayam Wuruk tersadar jika dia belum selesai mengenakan kostum akibat bangun kesiangan dan terburu-buru menaiki kereta. Dia langsung memunggungi gadis itu dan memakai seluruh pakaian—kecuali aksesori mahkota emas yang masih tersimpan rapi di peti besar dekat kakinya. “Sudah selesai, kamu boleh berbalik Diajeng.” “Be-benarkah?” Loka menoleh, dia mengintip di sela-sela jari yang masih menutupi wajah. Sedikit perasaan kecewa akibat tidak jadi melihat pemandangan indah itu