“Re … Rengga?” ucap Runa refleks begitu melihat Rengga, pemuda itu nampak menangis hebat dan langsung memeluk Runa erat, dia sangat takut jika kakak perempuannya itu tidak akan membuka mata lagi, dia takut jika satu-satunya keluarga dan tempat ia bersandar pergi bersama kedua orang tua mereka dan tidak akan kembali untuk selama-lamanya. Dia sangat takut itu, dan semua rasa takut tersebut berubah menjadi tangisan keras seorang adik di atas tubuh sang kakak yang terbaring lemah di atas permukaan tanah. “Mbak tidak apa-apa, sudah jangan menangis, cup cup.” Dasar cengeng, aku benci sekali anak cengeng dan lemah ini. “He?” Runa mengerjap, dia kaget saat mendengar suara entah darimana tersebut. Ia memalingkan wajah ke kanan dan ke kiri, mencoba untuk mencari sumber suara tersebut, tetapi nih