Chapter 47: Pembohong yang Lebih Besar

1620 Kata

Berbanding terbalik dengan suasana di Lapangan Watangan, di pasar dan tempat-tempat lain justru begitu sepi. Tidak begitu banyak orang di sana karena hampir mereka semua berkumpul di satu tempat. Hanya ada beberapa orang lansia yang mungkin sudah tidak kuat berjalan duduk di bale-bale rumah dan menatap alam sekitar, untuk mendamaikan hati sekaligus pikirannya yang semakin tua. Loka juga ingin seperti itu, sesekali, duduk tanpa melakukan apa-apa dan hanya menatap ke langit atau ke danau selama seharian penuh. Namun, mungkin dia tidak bisa melakukannya sekarang. Pikiran dan juga hatinya terlalu runyam untuk itu. Saat ini, dia entah melangkah pergi ke mana, dia terus berjalan lunglai dengan tatapan mata kosong ke bawah. Dia juga tidak sadar jika selendang bordir emas itu sudah jatuh ke tanah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN