Hari itu berangin kencang. Bahkan orang-orang pergi ke luar rumah atau ke pasar dengan mengenakan pakaian berlapis untuk menangkal hawa dingin menelisik ke sel-sel mereka. Namun, udara di sekeliling Loka berbeda, itu panas. Sangat panas sampai Loka ingin membuka seluruh baju dan menceburkan diri ke dalam danau untuk mendinginkan tubuh serta pikiran. Dia dagdigdug cemas menunggu Saniscara mengutarakan apa yang ingin dia sampaikan pada Pitaloka. “Katakan saja, tidak perlu malu-malu,” bujuk Loka dengan senyuman terpatri di wajahnya, tetapi dia berkata lain di dalam hati. Duh, aku deg-degan setengah mampus. Bagaimana jika Kakang mengutarakan perasaannya padaku di tempat ini? Lantas, aku harus menjawab apa? Dia menggigit bibir keras. Tidak, tidak, meski aku berhak untuk menerima perasaannya,