Udara malam itu dingin. Namun, aura di sekeliling sosok yang sedang berjongkok sambil terus mempertaruhkan nyawanya melawan alam benar-benar panas, dia bahkan berkeringat dan kepulan uap keluar dari lubang hidungnya. Kedua tangannya menggenggam erat, tidak lupa dengan mata terpejam seperti garis lurus penuh kerutan. “Hmmmmmph! Itu datang! Itu datang! Itu dataaaang! Aaaaaaargh!” Koak! Koak! Koak! Kumpulan gagak pun langsung berterbangan menjauh karena takut dengan teriakan menggelegar dari arah sungai kecil tempat orang-orang biasa membuang hajat. Tidak perlu waktu lama bagi Loka untuk ke luar dari balik bilik bambu tanpa atap dengan senyuman lebar menghiasi wajahnya. “Huwaaa, rasanya seperti beban berat telah terangkat dari hidupku. Nyamannya, nyamannya.” Dia mengusap perut yang kini ke