“Mereka sudah pergi.” Tatapan Hayam Wuruk mengikuti arah langkah kedua prajurit bayaran tersebut, dia sudah mendengar perubahan rencana itu dan berniat untuk mengikuti mereka. Dia tidak bisa membiarkan penyergapan ini sampai gagal lalu membuat gempar kerajaan yang sedang disibukkan dengan persiapan perjamuan besar. “Mm, bwiswakah kau mwlepwaskan inwi?” Loka tiba-tiba mengetuk telapak tangan milik Hayam Wuruk, dia tersadar mereka masih berada di posisi memalukan itu dan buru-buru menarik tangannya dari sana. Hayam Wuruk menatap ke arah lain, berpura-pura menggaruk kepala untuk menyembunyikan semburat merah yang merekah di pipi langsat miliknya, meski tidak terlihat karena tertutup malam. “Maaf atas ketidaksopananku, Diajeng.” “Ah … tidak apa-apa, kok, Kangmas. Lagi pula jika kamu tidak