“Adududuh, perutku sangat sakit. Aku sudah memutari tempat ini empat kali dan tidak kunjung menemukan toilet. Sebenarnya ada di mana sih toilet sialan itu?” Kilan mengeratkan pegangan pada perut sambil mengedarkan pandang ke sekeliling. Sungguh, dia sudah tidak bisa menahan panggilan alam ini lebih lama. Jika tidak menemukan tempat untung membuang hajat, maka di balik semak pun tidak masalah. Kilan buru-buru menuju ke salah satu semak tinggi di pinggiran istana Keputrian dan mulai melaksanakan panggilan alam. Hingga sepuluh menit kemudian, seluruh hajat sudah dikeluarkan dan dia mengubur semua harta itu di dalam tanah lalu membersihkan mulut harta menggunakan dedaunan basah. Kilan hendak berdiri dan pergi dari tempat itu saat melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Dia kembali merunduk

