“Futri, thungghu shaya!” Teriakan tersebut berasal dari Nandini, dengan hidung yang masih memerah dan langkah susah payah mengikuti Pitaloka yang terseok-seok menuju ke barisan paling depan—kereta mereka berada di tengah belakang, posisi paling aman saat berada di dalam perjalanan panjang. Mata Loka membelalak lebar begitu melihat ada dua mayat laki-laki tergeletak dengan darah mengucur deras membentuk genangan di bawah tubuh mereka. Salah satu dari mereka adalah prajurit kerajaan Sunda dan yang lainnya berpakaian seperti bandit hutan. Di depan barisan juga muncul sekomplotan raksasa bandit yang membawa senjata tajam dengan wajah jahat mereka, saling bersiul dan tertawa licik, membuat seluruh prajurit memasuki mode siaga. Merasa kesal karena mengganggu perjalanan, Loka hendak maju dan me