Irene meraih handuk kecil untuk mengeringkan rambut suaminya. Tangannya terus bergerak, lain halnya dengan bibir yang sejak tadi terkatup rapat. Mau bilang apa, Irene pun bingung. Sementara pikirannya terus berkelana. "Lapar," cicit Zayn membuyarkan lamunan istrinya. "Oh ... Kau mau aku bawakan makan malamnya ke sini," tawar Irene. "Hm, bagaimana kalau kita makan di luar?" "Kau mau makan di luar?" Irene bertanya. "Kenapa malah menjawab pertanyaan dengan balik bertanya," tukas Zayn. Irene menghentikan aktivitasnya setelah di rasa rambut suaminya telah kering. "Aku sedang malas, tapi kita bisa pergi jika kau mau. Tunggu aku ganti baju!" Zayn mencekal lengan Irene. "Apa kau masih marah?" "Tidak ada alasan untukku marah padamu. Kenapa aku musti marah, kau kan bekerja untuk kelangsungan

