> BAB 5 <

1055 Kata
Setelah seharian menemani Deniz jalan-jalan, Alice kelelahan. Dia merebahkan diri di kamar dan Zahra dengan senang hati memijat punggung putrinya. "Apakah lelah sekali, Sayang?" Tanya Zahra, pelan. "Lelah sekali, Ma. Andai saja Alice menemani Deniz dalam bentuk ular. Tentu saja tidak akan kelelahan. Sayangnya Alice menemaninya dalam bentuk manusia. Jadi ya gini, Ma. Lelah ...," rajuk Alice, manja. "Kalau Kau menamani Deniz dalam bentuk ular, dia bakalan pingsan, Sayang," sahut Zahra sambil tertawa. "Tentu saja, Ma. Tapi setelah itu papa pasti bakalan marah besar karna rekan bisnisnya kabur darinya, dan sewa perkebunannya batal," Alice tertawa di buaian Zahra. Wanita itu memang selalu memanjakan putrinya. "Ya sudah, Kamu tidur gih, sudah malam, Sayang," perintah Zahra dan langsung mengecup pipi putrinya. "Iya, Ma. Selamat malam," ucap Alice, balas mengecup mamanya. Zahra pergi meninggalkan kamar putrinya, Pramuja sudah menunggunya di kamar. Sementara Alice, dia tidak tidur karna ingin pergi kerumah Deniz Daniswara. Dia ingin membuktikan ucapan Dona. Dia akan melingkar di salah satu sudut rumah rekan kerja, Ayahnya. ******* Alice memasuki rumah Deniz dengan wujud ular putihnya. Sementara Meliza, dia masih setia memijat punggung telanjang Deniz, di kamar mewah miliknya. "Apakah lelahnya sudah hilang, Sayang?" Tanya Meliza manja. "Sudah agak baikan, terima kasih Meliza. Sekarang tidurlah. Kau harus bangun pagi buat merawat Dona dan Dhana," perintah Deniz sambil menatapnya. "Baiklah, selamat malam, Sayang. Mmmuuaacchhh," kecup Meliza, membuat mata Alice melebar karna tidak percaya dengan pemandangan tidak pantas di hadapannya. Bagaimana mungkin gadis cantik seperti Meliza bersikap tidak sopan pada suami Dona. "Astaga! Gadis macam apa dirinya? Bagaimanapun juga, Deniz masih jadi suami Nyonya Dona. Tidak pantas jika wanita terhormat seperti dirinya mencium suami temannya. Keterlaluan!" Marah Alice dalam bentuk ular putihnya. "Selamat malam juga, Meliza. Semoga mimpi indah." Kata Deniz, pada kekasihnya. "Mimpi indahku hanya bersamamu, Sayang. Kau juga. Semoga mimpi indah ya," goda Meliza, membuat Deniz tersenyum lembut dan menatap teduh mata kekasihnya. "Tentu saja. Terima kasih, Meliza." "Sama-sama, Deniz." "Jadi kau adalah pria yang suka dicium wanita, ya?! Dasar buaya!! Rasakan ini!" Seru Alice sambil berjalan ke arah ranjang Deniz dan dengan cepat menggigit bibirnya. Kebetulan saat itu Deniz memejamkan mata. "Akh!!" Teriak Deniz saat bibirnya terluka. Alice langsung menyembunyikan badannya di balik selimut saat sudah berhasil memberi pelaran pada suami Dona. "Hahahaha, rasain kau, Pak tua! Dengan begini kau tidak akan bisa berciuman dengan Nona Meliza. Sayang aku tidak memiliki bisa. Karna kalau ada! Kau akan tiada. Dasar tidak bermoral! Cuih!" ejek Alice dan hendak pergi meninggalkan ranjang Deniz. Tapi tindihan tangan Deniz pada tubuh ularnya, menghentikan niatnya. "Ah ... singkirkan tanganmu!! Dasar bodoh!!" maki Alice, mustahil terdengar oleh Deniz, Alice mengumpat dalam hati. "Sialan! Hewan apa yang menggigit bibirku?! Aneh sekali desa ini! Masak iya ada hewan suka melukai bibir manusia?! Tapi hewan apa, ya?" heran Deniz sambil mengusap darah di bibirnya. Alice tertawa mendengarnya, tapi di sisi lain, dia juga tidak bahagia. Tangan Deniz menahan tubuhnya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. "Lepaskan badanku, Bodoh!! Aku mau keluar!! Aaaakkhhh! Andai tidak berdosa!! Sudah kucekik lehermu dengan tubuh raksasaku!! Tapi sekarang ... Aku mana bisa?! Tubuhku sebesar jari manusia! Kalau aku berubah jadi tubuh raksasa, Deniz akan menembak dan tentu saja ... Aku binasa. Hiks, Papa ..." panik Alice, sambil terus menggerak-gerakkan badannya. Deniz mulai curiga dengan sesuatu yang bergerak-gerak dibalik selimutnya. Dia segera menyingkap selimut dan matanya melebar dengan sempurna karna tidak ada apa-apa di sana. Tubuh putih Alice menyatu dengan warna selimut serta sprei putih Deniz yang ada di ranjangnya. Deniz tidak menyadarinya. "Aneh, sepertinya ada sesuatu. Tapi apa ya? Kok tidak ada. Sudahlah! Lebih baik aku tidur saja." Gumam Deniz dan langsung merebahkan badannya. Saat Deniz sudah tertidur lelap, Alice berubah jadi manusia dan berusaha menghindar dari pelukan Deniz Daniswara. Alice bergerak dengan perlahan-lahan, dia tidak mau ketahuan. Tapi sial, tubuh kekar Deniz menghambat laju tubuhnya. "Astaga! Kenapa berat sekali, sih?! Jangan sampai dia terbangun dan melihat putri Tuan Pramuja tiba-tiba ada di kamarnya. Haisshh! Apa kata dunia?! Aku bisa diracuni papa. Lagi pula pria tua macam dirinya tidak pantas buat wanita cantik dan imut seperti diriku, menjijikkan," batin Alice dan terus beruhaha agar lepas dari pelukan Deniz Daniswara, tapi lagi-lagi tidak bisa. "Sialan!" maki Alice, semakin kesal. "Hem ... tetaplah di sini, Sayang. Aku merindukanmu!" Gumam Deniz membuat Alice kaget bukan kepalang. "Astaga! Tamat!! Aku ketahuan!!" Teriak Alice dalam hati. Dia dengan pelan menolehkan wajahnya ke belakang, mata Deniz masih terpejam. Rupanya dia tidak sadar. "Huft ... syukurlah, dia hanya mengigau saja." Lirih Alice dan akhirnya lepas dari pelukan Deniz Daniswara. Alice kembali berubah menjadi ular dan tidur di kamar Dona. "Maaf, Nyonya Dona, mulai hari ini Aku akan mengawasi, Anda. Selamat malam. Mimpi indah ya ..." ucap Alice, memejamkan mata merasa lega terlepas dari pria yang entah kenapa sangat dibenci olehnya. Deniz Daniswara .... ******* Zahra memeriksa kamar putrinya. Entah kenapa sejak tadi perasaannya tidak enak, meski Pramuja bilang putrinya akan baik-baik saja! Tetap saja Zahra kepikiran. Alhasil dengan kesal Zahra meninggalkan Pramuja dan memasuki kamar putri semata wayangnya dengan gemetar, benar dugaannya! Alice tidak ada. "Astaga! Alice!!" teriak Zahra, ketakutan mencari putrinya, di kamar mandi, jendela, taman dan ruang lainnya tapi tidak ada. Dengan panik Zahra membangunkan dan mengganggu tidur Pramuja. "Kak Pram!! Bangun!! Alice tidak ada!! Kemana dia?! Kak!! Bangun!! Jangan bilang Alice tidur di hutan bersama teman-temannya, Aku tidak suka, Kak Pram!!" rengek Zahra membuat Pramuja bangun dan memeluk Istrinya. "Biarkan saja, Sayang. Alice sudah dewasa. Lebih baik kita tidur saja dan bercinta. Ugh ..." jawab Pramuja membuat Zahra kesal dan meninju perut suaminya. "Dasar pemalas!! Bangun!! Putri kita hilang, Kak. Kalau terjadi apa-apa!! Jangan harap aku bisa memaafkanmu!! Kak Pram!! Bangun!!" Zahra kembali kesal dan meninju perut suaminya dua kali. Bugh! Bughh!! "Auwh! Sakit Zahra." "Cari putri kita!" Seru Zahra, pada Pramuja. "Dia pergi ke rumah Deniz, Sayang," jelasnya membuat Zahra tidak suka. "Apa?! Buat apa?!" "Anak kita memiliki jiwa yang lembut, Sayang, perasaannya gampang peka. Dia terlihat curiga pada Meliza. Makanya dia ingin tinggal di sana selama beberapa hari saja. Alice ingin membuktikan kecurigaannya. Biarkan saja, Sayang." Jelas Pramuja membuat Zahra semakin gelisah. "Kak Pram ... Aku takut Alice akan ketahuan." "Dia keturunanku, Sayang. Sikap waspadanya sangat luar biasa. Sekarang ... " goda Pramuja sambil menatap lekat mata Zahra. "Sekarang apa, Kak Pram?" "Kita bercinta lagi sampai puas!" "Apa?!" "Ayo, Sayang." "Kak Praaam!! Dasar mesuum!!" ****** TEKAN LOVE SEKALIGUS FOLLOW YA, CINTAAAAA. MAKASIH ..... TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN