>BAB 6<

1093 Kata
Jam menunjukkan pukul setengah dua malam, Alice mendengar seseorang sedang memasuki kamar Dona dengan langkah perlahan. Karna penasaran, Alice meninggalkan ranjang Dona dan melingkar di atas meja sebelah ranjangnya. Kebetulan kamar Dona gelap gulita. Entah kenapa lampu dikamarnya dimatikan. Padahal jika mau apa-apa Dona pasti akan kesusahan. Ditambah lagi dia tidak bisa berjalan. Karna heran dan semakin penasaran, Alice mengamati seseorang yang saat ini sedang membuka pintu kamar Dona dengan seksama. Bukan hanya satu, tapi dua orang. Di lihat dari bayangan tubuhnya, Alice tahu bahwa orang itu adalah Meliza dan satunya lagi anak kecil, Dhana. "Aku mohon, Nona Meliza, jangan sakiti Mama," rengek anak kecil itu berusaha melindungi ibunya. Dugh!! Dengan kesal Meliza membenturkan kepala Dhana ke tembok. Dia murka karna anak itu selalu menganggu hubungannya bersama Deniz, Papa kandungnya. "Diam kau!! Mama sakit jiwamu itu sudah berani meminta tolong pada Alice. Putri dari rekan bisnis Papamu! Kalau sampai dia tahu Aku menyiksa Mamamu! Aku habisi Kau!" Ancam Meliza membuat Dhana ketakutan. "Ja-jangan, s-sakiti, Dhana," cegah Dona berusaha bangun dari tidurnya. "Kenapa tidak?! Aku akan menghajarnya. Kau mengadu saja pada Deniz Daniswara. Dia tidak akan percaya. Aku adalah kekasihnya. Pernah suatu hari Dhana mengadukan kekejamanku padanya. Tapi apa yang Deniz lakukan?! Dia menampar Dhana. Dia sama sekali tidak mempercayai putranya." Ejek Meliza membuat Alice geram dan ingin sekali memelintir lehernya. Tapi dia tahan. Alice masih ingin melihat masalah apa yang terjadi sebenarnya. "Ja-ngan ..., Aku mohon, ma-maafkan Aku ...," lirih Dona sambil meneteskan airmata. "Maaf! Jangan harap. Aku akan menyiksa anakmu!" Seru Meliza dan tak lama kemudian mengangkat Vas bunga buat di hancurkan ke kepala Dhana. Tapi belum sempat Meliza melakukannya, Alice lebih dulu membelit tubuhnya dan menghantamnya ke tepi ranjang. Dughh!! "Akh!!" Teriak Meliza, kesakitan. Dhana segera keluar dari kamar dan berteriak minta pertolongan. "Papa!! Tolong Dhana! Nona Meliza ingin menghajar kita!" Teriak Dhana membuat Alice mengecilkan badannya, kemudian bersembunyi. Deniz yang mendengar teriakannya, langsung saja terbangun dan menghampiri putranya. "Ada apa, Dhana?!" Serunya heran. "Nona Meliza ingin menghajar Dhana, Pa." Adunya dengan mata berkaca-kaca. "Ti-tidak Deniz, aku hanya ingin melihat Dona. Tapi Dhana tidak terima. Dia mendorongku hingga menghantam ranjangnya Dona, Aku kesakitan, tolong Aku ...," rintih Meliza, memutar balikkan fakta. "Meliza!" Seru Deniz dan langsung menolongnya. "Ah ..., pelan-pelan Deniz, punggungku serasa mau patah." Rintih Meliza sambil meneteskan airmata. "Dia jahat, Pa! Dia mau menghajar Dhana!!" "Diam!! Sampai kapan kau akan bersikap kurang ajar padanya, Dhana?! Meliza sudah bermurah hati merawat keluarga kita! Kenapa kau malah mencelakainya?! Apakah ini hasil Dona mendidikmu selama ini?! Hah?! Masuk kamarmu!" Bentak Deniz membuat Dona marah dan melemparkan gelas kaca di mejanya. Dia tidak terima anaknya di hina. Prang!! "D-dhana tidak ber-salah ..., Kau j-jangan ...," "Sudah cukup Dona! Kau sebaiknya istirahat saja. Anak kita biar ditangani oleh Meliza. Tidurlah. Ini masih jam dua malam." Potong Deniz dan setelah itu membawa Meliza ke kamarnya. Dhana mengepalkan kedua tangannya tidak terima. Alice benar-benar murka melihat sifat licik Meliza. Ingin rasanya dia membunuh Meliza saat ini juga. Tapi rasa takut dosa dihatinya masih membelenggu sifat buruknya. Karna tidak mau membuat Dona dan Dhana terluka hatinya. Alice merubah wujudnya jadi manusia dan ingin menghibur mereka. Dona dan Dhana terkejut melihat bayangan seorang wanita tiba-tiba ada dikamarnya. "Kau siapa? Apakah orang suruhan, Meliza?!" Seru Dhana dan langsung melindungi Ibunya. "Bukan! Aku bukan orang suruhannya, Sayang." Jawab Alice penuh kelembutan. Dia menutup pintu kamar Dona dan ingin menyalakan lampu di kamarnya agar mereka bisa melihat kehadirannya. "Jangan dinyalakan!!" Seru Dhana pelan. "Kenapa?" Tanya Alice, heran. "Siapapun kamu! Jangan nyalakan lampu itu. Ada CCTV di kamar Mama, kalau kau menyalakan lampunya. Para penjaga suruhan Meliza akan menghajarmu. Lagipula Papa juga pasti akan tahu tentangmu, kalau kau berniat menolong Mamaku, turuti perkataanku." Jelas Dhana membuat Alice menghentikan niatnya. "Oh, begitu? Baiklah. Aku tidak akan menyalakan lampunya." Ucap Alice dan langsung menjauhkan tangannya. Alice menghampiri Dhana dan memeluk tubuh kecilnya. Alice tidak mau Dhana kecewa gara-gara Deniz tidak menolongnya dan malah membela Meliza. "K-kamu siapa?" Tanya Dona, terbata-bata. "Aku adalah orang yang sudah melempar wanita jahat tadi Nyonya Dona. Aku Alice, putri dari Tuan Pramuja. Orang yang sudah kau mintai bantuan," jelasnya membuat Dona panik dan langsung menjauhkan badan Dhana dari pelukannya. "P-pergi! J-jangan urusi masalah kami. A-aku tidak mau kau ce-laka." Racau Dona dengan mata berkaca-kaca. "Hei, tenanglah Nyonya Dona. Aku akan baik-baik saja. Ssttt ...," "Me-liza sangat berbahaya, dia yang sudah buat Aku celaka. Dia juga yang selalu kasih obat agar aku tidak sadar dan tampak seperti orang gila. Pergilah! Cepat!" Perintah Dona membuat Alice gemetar dan langsung menggenggam tangan Dona agar tenang. "Tenang Nyonya Dona. Tenanglah ..., Meliza tidak akan bisa membuat aku celaka." Ucap Alice, sambil mengusap wajah Dona. "Tidak mungkin, dia wanita ular. Kelakuannya sangat licik." "Aku juga wanita ular Nyonya Dona. Aku akan mencekiknya." Jelas Alice membuat Dona mengeleng-gelengkan kepalanya. "K-kau sangat tulus, Alice ..., Kau tidak mungkin wanita ular." "Aku wanita ular Nyonya Dona. Tapi dalam artian yang sesungguhnya. Kalau tidak percaya, peganglah ini. Ini adalah ekorku. Aku bisa berubah jadi ular seutuhnya kapan saja. Tapi jangan takut. Aku akan membantumu buat mendapatkan kembali suamimu. Hanya saja, jangan bilang pada siapa-siapa kalau aku ini adalah manusia yang bisa menjelma jadi ular. Bisa kan? Aku mempercayaimu," jelas Alice membuat Dona dan Dhana diam seribu bahasa. "K-kau ...," "Ceritanya panjang Nyonya Dona. Sekarang tidurlah. Aku akan melindungimu," bisik Alice membuatnya diam. Karna tidak mau membuat mereka penasaran, Alice menceritakan kisah hidupnya. Dona dan Dhana setengah percaya tidak percaya mendengar ceritanya. Saat Alice menunjukkan wujud ularnya, Dona memangku dirinya, demikian juga dengan Dhana, dia tertawa, hatinya jadi lega karna mulai saat ini Alice akan melindunginya. "Kau memang gadis yang baik. Aku percayakan putraku kepadamu. Jaga Dhana. Kalau Deniz tidak menyayanginya, bawa dirinya. Anggap dia sebagai putramu sendiri." Ucap Dona saat Alice sudah mengubah bentuknya jadi manusia. "Anda ini ada-ada saja Nyonya ...," "Panggil Dona saja, Alice." "Eh! Kau tidak gagap?!" Seru Alice heran. "Sebenarnya aku bisa bicara Alice. Aku juga tidak gila. Aku hanya berpura-pura. Itu semua aku lakukan agar Meliza tidak menyakiti Dhana. Tapi karna sudah ada dirimu, Aku tenang. Aku bisa meninggal dalam keadaan bahagia," "Meninggal?! Apa maksudmu Nyonya Dona?!" "Aku ...," "Mama?! Mama akan meninggal?!" "Em ..., bukan seperti itu, Sayang. Mama hanya bercanda. Tidurlah." Gugup Dona membuat Alice semakin gelisah. ********* NOTE : Sebelum membuka pakai coin saya ucapkan banyak terima kasih dan semoga Allah membalas rezeki kalian dengan semakin berlimpah ruah ibarat sungai yang airnya terus mengalir. Tak akan pernah berhenti. Aamiin .... Sehat selalu buat kalian, Para Pembacaku Sayaaaaaang .... Salam hangat dan penuh cinta buat kalian semua. by Dilla 909 TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN