_Aku ada di titik dimana bersama sakit, berpisah lebih sakit_ “Nadia!” Suara yang begitu familiar terdengar. Ia menoleh, ke arah sumber suara dimana ia melihat sosok lelaki dengan pakaian yang masih sama, seperti saat terakhir kali mereka bertemu. Rambutnya acak-acakan, bahkan beberapa kancing kemeja bagian atas terbuka. Ia segera menghampiri Nadia, lantas berlutut di depannya. “Nadia, aku bisa jelaskan.” Ia tidak peduli beberapa pasang mata tengah menatap ke arah mereka. “Apa yang kamu lihat itu hanya salah paham Aku bisa jelaskan, tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan.” Nadia menatap sedih ke arah lelaki itu, ia sudah meninggalkan harga dirinya, memohon seperti tidak peduli akan statusnya di kantor ini. Iya, Arik memang tidak peduli siapa dirinya, ia tidak menempatkan d