_Aku seperti berkaca saat melihatnya. Ada tapi tidak diinginkan_ Makanan yang dibawanya ke dalam kamar tidak disentuh sedikitpun, masih utuh dan tetap sama. Hanya satu tegukan s**u saja, semuanya tersimpan di atas nakas sampai pagi. Rasa lapar yang membuat Nadia tidak bisa tidur lenyap, setelah Arfa membisikkan kalimat ajaib yang sampai detik ini tidak dimengertinya. “Kita akan hancur bersama.” Kalimat itu terngiang dalam benak Nadia. Penasaran dan begitu misterius. Pagi sekali Nadia bangun, niatnya ia akan langsung pulang setelah pamit pada Ibu Ina, tapi melihat bagaimana sibuknya wanita itu mengurus Erika yang lagi-lagi menangis, membuat Nadia tidak tega meninggalkannya. “Erika kenapa, Tante?” Nadia mendekat, memperhatikan Erika. “Erika lapar?” Tanya Nadia pada gadis kecil itu