Radit sudah berputar melewati koridor dan berjalan menuju lapangan sepak bola hasil arsitektur dirinya. Di tangannya sudah membawa handuk kecil yang tipis untuk di berikan kepada Lia. Saat Radit memasuki lapangan sepak bola itu, semua panitia yang berpapasan langsung menunduk, menyapa dengan sikap yang hormat sekali. Tapi sayang sekali Lia tak melihat kejadian itu. Lia hanya fokus duduk dan mengipas -ngipaskan telapak tangannya untuk mendapatkan hawa dingin di sekitar wajahnya yang rasanya panas dan terbakar. "Pak Radit," ucap Peter dengan hormat dan membungkukkan sedikit tubuhnya. Radit langsung memberi kode dengan menutup mulutnya dengan jari telunjuknya agar Peter diam. Radit hanya fokus pada Lia. Peter hanya mengangguk kecil dan duduk kembali di kursinya melirik ke arah Lia. Peter