“Wa, kalau mau pergi, nanti dong. Satu minggu lagi kamu baru pas satu bulan.” Mahesa membujuk Iwa yang masih diam duduk di atas kursi roda. Dokter baru saja mengizinkan Iwa pulang, dan Iwa harus kembali kontrol satu minggu dari sekarang. “Wa, jangan begini dong..” Mahesa kembali merubah posisi, dari depan kursi rosa, ke samping kanan, lalu berjalan ke belakang, tidak lama kembali lagi membungkuk ke depan Iwa. “Wa, kamu denger ga sih?” Mahesa bertanya meyakinkan. Mahesa menjadi seperti ini karena Iwa hanya mengeluarkan sebuah kalimat sejak kejadian serangan ciuman mendadak dari Mahesa. “Maaf Pak. Iwa berniat mengundurkan diri. Iwa lebih nyaman kerja di warung makan, dan tinggal di kos kak Barbara saja.” Kalimat utulah yang mampu membuat Mahesa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal