Satu rumah dengan istri pertama adalah hal terburuk yang tidak pernah Iwa bayangkan sebelumnya. Iwa harus bisa menerima keadaan canggung seperti ini, bagaimanapun Iwa yang bersalah dan berperan menjadi perebut suami orang. Sudah beberapa kali Iwa berpapasan dengan Syafa, perasaan cnggung tidak bisa Iwa sembunyikan. Terlebih pandangan Syafa sangat sinis. Iwa mengerti Syafa pasti amat marah, karena Mahesa sudah memindahkan sebagian barangnya ke kamar Iwa. “Hari ini aku harus pergi dengan Mahesa. Ada pekerjaan yang harus kami selesaikan.” Ucap Syafa sembari menuangkan air ke dalam gelas bening di tangan kirinya. Iwa hanya menanggapi perkataan Syafa dengan anggukan. Iwa masih meneruskan pekerjaannya, mencuci buah-buahan sebelum menyajikannya di atas meja makan. “Mahesa tidak suka jus buah, a