Aku kemudian muntah dan membuatnya kesulitan. Menjerit sekuatnya pula, agar dia percaya aku benar-benar kesakitan. Pada akhirnya, dia mengunci kedua tanganku dan mendekap erat. Aku hanya sedikit berontak saja setelah muntah. "Iel, kepalaku sakit. Semuanya berputar. Sakit, Iel. Sakit," rengekku, sudah terisak dalam peluknya. Aku tidak sepenuhnya berbohong, karena kepalaku benar-benar sakit, bahkan aku juga muntah. Yah, meski tidak separah kelihatannya. Gabriel kemudian ingin menyuntikkan sesuatu ke tanganku, tapi kutepis. "Jangan lagi, aku mohon. Ini sangat sakit. Aku tahu kau khawatir jika aku sadar dan bertindak gegabah lagi seperti kemarin, tapi aku tidak mau tidur lagi, Iel. Aku tidak mau bermimpi buruk lagi. Temani saja aku, atau borgol aku agar tidak kabur dari sini, asal jangan t