Part 9

1045 Kata
Mbak Vira memperkenalkan model baru tersebut kepada kami semua. Beliau menjelaskan bahwa Olan akan bekerja sama dengan brand kami untuk satu tahun ke depan. Karena bidikan pasar kami yang ingin menjangkau konsumen remaja hingga dewasa, maka Olan dianggap pas untuk menjadi brand ambassador kami yang baru. Mba Vira juga meminta kami memperkenalkan diri satu per satu. Perkenalan yang tidak terlalu formal tentunya, karena Olan menginginkan kerjama yang tidak kaku dan terkesan "akrab". Tentu saja aku tahu apa yang ada di otaknya sekarang. Ku lihat Jemi mencuri-curi senyum dari tadi. Seakan-akan kami bertiga sedang bertelepati di ruangan ini. "Nama saya Sabrina, di sub divisi promosi, senang bisa bekerja sama dengan Anda." kataku singkat padat dan jelas. "Wah kayaknya anak buah ibu Vira yang satu ini perlu membiasakan diri bersikap lebih luwes, jangan terlalu kaku! Saya ga suka sama sesuatu yang terlalu formal dan kaku!" jawabnya kemudian yang membuat hatiku mencelos Dasar Olan... "Hehe....iya Den! Denger tuh Bi, jangan terlalu kaku ah...santai aja, anggap aja hubungan kita seperti keluarga. Gitu kan Den?" kata mbak Vira sambil menoleh ke Olan "Emang kita keluarga kali mba....keluarga yang sakinah mawadah warohmah!" rutukku dalam hati Aku menanggapi nya dengan tersenyum sambil mengetik pesan untuk suami tercinta ku itu. To: Si Abang What r u doing here Dennis Orlando?? From: Si Abang Aku kerja sayang...cari nafkah buat kamu dan anak kita kelak :D To: Si Abang Nafkah pala abang? Jantung istrimu ini hampir copot! Bisa mati muda kalo gini caranya!!!! From: Si Abang Hati2 klo ngomong sama suami sayang, awas kualat lho! Jangan mati dulu dong, aku belum siap kamu tinggalin, nanti siapa yg aku peluk kalo pas tidur? Trus kalo aku kepengen ena ena gimna?Mesti disalurkan ke mana sayang? To: Si Abang DASAR SUAMI MESUUUUMMM!!! Entah apa yang ada di otak Olan sekarang ini, di saat istrinya sedang bingung dan takut karena ulah gila nya, dengan santainya dia masih membicarakan soal "ena ena" seperti itu. Sepertinya aku harus benar-benar menghukum Olan kali ini. Jangan harap aku mau diajak bekerja sama soal ke mana dia akan menyalurkan keinginan nya itu untuk malam ini dan beberapa hari ke depan. Walaupun nantinya aku yang kepingin duluan. Eh...ups! Meeting kami akhirnya selesai. Olan pamit sama mbak Vira karena ingin ke toilet. Aku yang sengaja menguping pembicaraan mereka beringsut diam-diam ke toilet juga. Tidak ada yang menyadari kepergian ku, semuanya masih membicarakan Olan dan Jemi. Ke arah toilet, aku melihat Olan dan Jemi hampir memasuki room, aku mempercepat langkah dan memanggil Olan dengan suara yang tidak terlalu keras agar tidak terdengar oleh orang lain. "Eh, mba Sabrina...ada apa? Mau ke toilet juga? Tapi kayaknya keliru deh, ini kan toilet pria." jawabnya sambil menunjuk gambar yang ada di bagian atas pintu. Aku mengscreening keadaan sekitar untuk memastikan bahwa situasi aman. "Kita perlu bicara OLAN!" kataku sambil menekankan nama panggilannya "Wow...gue masuk duluan ya, ngeri gue dimakan Sabrina hidup-hidup!" sambung Jemi sambil melenggang masuk ke dalam room. "Beneran kamu mau makan orang sayang?" "Olan...aku serius!" jawabku sambil mencubit perutnya walaupun agak sulit karena tidak ada gelambir yang bisa ditarik-tarik. "Haha...iya-iya!" jawabnya sambil meringis kesakitan "Apa sih maksud kamu kerjasama dengan perusahaan aku?" "Ya... Karena tawarannya bagus, makanya aku ambil. Kan aku harus menafkahi istriku yang galak dan cantik ini." jelasnya seraya mencubit pipiku gemas "Tapi dari awal kan kamu yang meminta kita merahasiakan hubungan ini. Dan sekarang di saat aku sudah berhasil membangun pertahanan ku untuk tidak diakui sebagai istri kamu, kamu malah bikin ulah gila kayak gini! Aku ga habis pikir sama keputusan kamu terima tawaran ini." Mataku berkaca-kaca, bukan karena aku tidak suka dengan apa yang dilakukan Olan, tapi lebih pada rasa takut bahwa pertahanan ku akan runtuh. Aku menjamin hampir semua wanita di kantor ini akan menjadikan Olan sebagai objek fantasi mereka. Hal itu pasti membuatku geram dan frustasi. Aku takut tidak bisa mengendalikan diri, kemudian ujung-ujungnya akan merusak komitmen yang telah kami lakukan dari awal dengan susah payah. Olan menangkup wajahku dengan kedua tangannya. Memandang mataku sejenak dan akhirnya mencium kedua mataku dengan lembut. "Maaf..." hanya itu yang dia ucapkan, lalu kemudian menarik tubuhku ke dalam pelukan nya "Aku cuma kangen kamu, ingin tahu bagaimana kamu saat bekerja, ingin tahu siapa aja teman kamu, ingin tahu semuanya tentang kamu. Karena hampir tujuh bulan kita menikah, aku baru sadar banyak yang aku lewati tentang kamu. Aku sering ninggalin kamu, setidaknya kalo aku terima kerjasama ini, aku bakal lebih sering ketemu kamu." jelasnya sambil mengelus rambutku Air mataku sukses lolos turun ke bawah tanpa bisa dicegah. Tidak menyangka bahwa dia begitu merindukanku. Sekuat tenaga aku menahan diri agar tidak terisak.Mungkin dia merasakan kemejanya mulai basah. Dia berusaha melepas pelukannya, tapi aku semakin mendekapnya erat. "Nanti ada yang liat sayang..." katanya lembut dan membuatku sadar akan posisi kami. Kami pun mengurai pelukan. Dia menghapus sisa-sisa air mata di pipi ku sambil tersenyum "Katanya kamu mau ke toilet!" kataku tiba-tiba "Ga jadi...udah ga pengen keluar." Kami pun tertawa, dan kemudian tampak Jemi keluar dari room sambil menggerutu. "Lama amat abisnya drama Lo berdua, gue sampe pegel berdiri di dalam!" katanya sambil memukul-mukul ringan kedua kakinya Aku dan Olan saling pandang, kemudian tertawa karena sudah melupakan keberadaan Jemi. Tawa kami berhenti ketika ada seseorang yang memanggil namaku "Sabrina...dicariin, ternyata Lo di sini?ngapain di toilet cowok? Eh ada mas Dennis juga..." kata Hani tiba-tiba berhenti setelah melihat siapa yang ada di depan ku. Aku masih terdiam, bingung ingin menjawab apa. Namun tiba-tiba Olan menyela. "Kalo Sabrina mau poster saya, nanti akan saya bawa kalo ke sini lagi." "Hah...poster? Saya juga mau dong mas!" sambar Hani "Oh...bisa, nanti saya bawain dua untuk kalian." "Oke...sekalian ditandatangani ya mas! Trus tulis nama saya, oh ya..mungkin mas lupa nama saya. Kita kenalan secara pribadi aja, saya Hani..." kata Hani sambil mengulurkan tangan Olan menyambutnya sambil tersenyum. Dan aku hanya bisa memutarkan bola mataku, sepertinya pertempuran telah dimulai. Ku lihat Jemi menahan tawanya. "Ga sekalian foto mba? Kayaknya mba fans beratnya Dennis nih." tawar Jemi sambil melirik ke arah ku "Aaah....mau dong mas! Jawab Hani antusias, kemudian beralih ke samping Olan bersiap-siap untuk berfoto bersama. Ingin rasanya aku membunuh Jemi saat ini juga. Baru saja hatiku meleleh karena pengakuan Olan, kini dadaku kembali sesak dan kesulitan mencari oksigen. Baru hari pertama saja sudah begini, bagaimana dengan tiga ratusan hari ke depan yang akan aku hadapi. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN