Pagi ini aku dan Olan sama-sama menikmati sarapan pagi. Salah satu hal yang jarang kami lakukan akhir-akhir ini karena padatnya jadwal kerja suamiku itu. Ketika pulang tadi malam, dia mengatakan akan memberikanku kejutan, tapi sampai pagi ini dia belum juga mengatakannya.
Aku jadi kesal dibuatnya. Menurutku lebih baik jangan mengatakan bahwa kita akan memberikan seseorang kejutan jika tak kunjung dilakukan. Karena rasa penasaran yang dibiarkan menumpuk dapat menghancurkan mood yang sedang baik.
Dari tadi dia terus mengajakku mengobrol, dan aku jawab hanya dengan "ya" atau "hem". Kadang-kadang digantikan dengan anggukan atau gelengan. Intinya aku sedang malas bicara.
Entah tidak peka atau sengaja, dia terus melanjutkan aksinya, malahan sambil tersenyum. Hinga akhirnya kami selesai sarapan, dia bangkit dari tempat duduknya memeluk bahuku dari belakang sambil mencium pipi kiriku.
"Jangan cemberut pagi-pagi! Nanti cepat tua." katanya setengah berbisik
"Makanya kasi tau sekarang apa kejutannya!" perintahku
"Sabar sayang....." katanya lagi sambil memberiku kecupan kilat di bibir
Olan melepaskan pelukannya dan bersiap-siap berangkat ke kantor agensi. Demi keamanan, kami lebih memilih berangkat sendiri-sendiri, kecuali kalau sifat manjaku sedang kumat, aku akan memaksanya untuk mengantar dan menjemputku. Entah kenapa semenjak menyandang status sebagai istri, aku menjadi lebih bergantung pada orang lain. Tapi Olan tak pernah keberatan jika "penyakit" ku yang satu sedang kumat. Justru yang aku lihat dia malah terlihat senang, dan sering mengambil kesempatan dalam kesempitan.
"Aku jalan sekarang sayang...kamu hati-hati ya! Tunggu kejutan dari aku.." katanya sambil berjalan meninggalkan ruang makan
Aku mendengus kesal, kemudian beranjak dari ruang makan mencari mbok Nani, asisten rumah tangga kami yang sudah dianggap seperti ibu sendiri oleh Olan, karena beliau sudah mengabdi pada keluarga papa Danu semenjak Olan masih kecil.
"Mbok...nanti saya pulangnya telat, mungkin Olan juga, jadi jangan siapin makan malam." kataku pada mbok Nani
"Iya non...pesan diterima, hihi" jawabnya sambil mengangkat jempol ke udara
"Haha...iya siip! Saya berangkat dulu ya mbok." pamitku padanya
Sampai di lobby kantor, aku langsung dicegat oleh Hani.
"Eh Bi...tunggu tunggu!" katanya sambil merentangkan kedua tangannya menghadang jalanku
"Apaan sih Han...?"
"Lo udah tau gosip baru lom?" tanyanya seraya kami berjalan menuju lift
"Gosip apa? Pak Gunawan beneran sama mba Vira? Serius?" tanyaku terkejut
Gosip tentang kedekatan direktur dan manager kami memang santer terdengar. Pak bos yang notabene baru bercerai sebulan yang lalu kepergok jalan berduaan bersama marketing manager perusahaan kami. Ada yang menduga kalau hubungan mereka sudah terjalin sebelum perceraian pak Gunawan dan mantan istrinya.
"Bukan...ini lebih hot dari gosipnya Pak Gun sama mbak Vira." jawab Hani
"Emanya ada pasangan lain lagi? Siapa?" desakku yang termakan omongan Hani
"Semalam gue ga sengaja ketemu mba Vira, trus kita ngobrol sambil ngopi di Kopi Tiam, dan lo tau apa yang mba Vira bilang?"
"Apaan? Buruan deh Han...!"
"Katanya brand ambassador kita kali ini aktor terkenal, cuma mba Vira belom mau membocorkan siapa orangnya." jelasnya dengan nada kecewa
"Gue sih berharap kalau orang itu Dennis!" lanjutnya dengan ekspresi berbinar sambil memencet tombol lift
Aku sendiri mendesah pelan, berharap Tuhan tidak mendengarkan doa Hani. Jika Olan menjadi model kami, tentunya dia akan lebih sering bertandang ke kantorku. Kalau itu benar-benar terjadi, aku tidak tahu apa yang bisa aku lakukan. Yang pasti aku harus membangun benteng setinggi mungkin untuk mengahalangi langkahku berjalan ke arahnya dan menekan emosi sebisa mungkin jika semua mata wanita di kantor ini seperti ingin menggerogoti suamiku.
Dentingan suara pintu lift yang terbuka menghentikan lamunanku. Aku menghembuskan napas sesaat, membuang jauh pikiran buruk tadi. Masih banyak aktor terkenal lainnya, bisa saja Reza Rahadian, Chiko Jerrico atau mungkin Aliando...tapi tidak mungkin, produk baru yang kami keluarkan kan ditujukan untuk segmen dewasa, jadi tidak mungkin Aliando. Tapi bisa saja, sekarang kan kebanyakan artis muda bergaya layaknya orang dewasa. Bahkan ada yang terlihat sepuluh tahun lebih tua daripada umur sebenarnya.
Gosip tentang brand ambassador baru itu ternyata menyebar dengan cepat. Semuanya bertanya-tanya siapa yang akan menjadi model pakaian kami untuk satu tahun ke depan. Teman-temanku menebak sangat random, mulai dari aktor yang baru naik daun, sedang naik daun, sampai yang turun daun. Itu istilahku untuk mereka yang pernah terkenal tapi sekarang karirnya sedang meredup.
Aku mencoba untuk tidak ikut andil dalam pembicaraan teman-temanku. Ingin fokus pada pekerjaan, tapi gagal. Entah kenapa, Hani selalu mengacaukan pikiranku. Kalau begini, aku menyesali dia mengidolakan Olan, kenapa tidak Aliando saja, kurasa lebih cocok mengingat sifatnya yang lebih mirip bocah remaja ketimbang pekerja kantoran.
Aku mengambil handphone dari dalam tas dan mengetikkan sebuah pesan untuk Olan.
To: Si Abang
Masih belum mau beritahu kejutannya?
Tak lama kemudian, suara pesan masuk terdengar dari handphoneku
From: Si Abang
Tunggu sebentar lagi Bi...orang sabar disayang suami :)
Masih belum berhasil ternyata. Dia masih menyembunyikan kejutan itu dariku.
Dari arah pintu ruangannya, mbak Vira keluar dan mengumumkan kalau sebentar lagi akan ada meeting dadakan sekaligus memperkenalkan brand ambassador perusahaan kami.
Kasak-kusuk tentang siapa aktor yang terpilih tersebut semakin kencang terdengar. Kulihat Hani dan Susan tampak ngobrol sambil cekikikan, entah apa yang mereka bicarakan dan itu membuatku penasaran.
"Hayooo...ngomongin apa lo berdua?" kataku menepuk bahu keduanya
"Ya Tuhan Sabrina...bikin kaget aja sih!" sahut Susan sambil melotot ke arahku
"Eh Bi...kira-kira siapa coba yang jadi brand ambassador kita?" tiba-tiba Hani bertanya
Sejujurnya aku belum mempunyai gambaran. Menurut apa yang dikabarkan mba Vira, karena penjualan yang meningkat pesat, tahun ini perusahaan kami akan menggunakan jasa artis yang cukup terkenal sebagai brand ambassador. Tapi aku sanksi jika itu Olan. Pekerjaannya sedang sangat padat, jadi tidak mungkin dia mau merelakan waktunya untuk sebuah perusahaan yang baru menanjak seperti kami. Dia sangat selektif dalam mengambil tawaran. Lagipula ada aku di sini, pasti tidak mungkin dia mau mengambil risiko sebesar itu.
"Entahlah...gue belum punya kandidat." jawabku sekenanya
"Bantu doa gue ya Bi, kan doa orang banyak biasanya dikabulkan Tuhan, hehe..." pinta Hani sambik nyengir
Ahhh...aku memutar bola mata dan menyentil kening Hani
"Doa lo m***m, mana mungkin dikabulkan!
"Hani...Hani....istrinya saja tidak mau mengabulkan doa mu, apalagi Tuhan." gumamku dalam hati
Tepat setelah istirahat siang, kami semua berkumpul di ruang meeting. Mba Vira menjelaskan sedikit tentang pertemuan mendadak siang ini, yang ternyata menyesuaikan dengan jadwal sang model. Rasa kantuk pun mulai datang, beberapa kali aku menguap. Semalam aku tidak tidur nyenyak. Setelah membuatku terjaga hingga larut malam karena suami m***m nan tampanku itu tidak puas jika hanya melakukannya satu kali, rasa penasaran akan kejutan yang dia janjikan membuat mataku ku tak mau menutup. Aku paling tidak suka dibuat penasaran. Kadang aku berkhayal, jika aku mati nanti mungkin saja akan jadi arwah penasaran seperti di film-film.
Sudah lebih dari lima belas menit kami di ruangan ini, tapi tamu kehormatan yang ditunggu-tunggu tidak kunjung menampakan batang hidungnya. Benakku berkata pasti ini benar-benar artis papan atas, melihat mbak Vira yang tampak tenang menunggunya. Padahal wanita yang sangat disiplin itu paling tidak suka dengan kata terlambat, apapun alasannya.
Handphone mbak Vira berdering. Dia tampak tersenyum saat berbicara dengan orang di telepon.
"Oke guys...semuanya siap, our new ambassador sudah di lobby depan. Tunjukkan sambutan hangat kita, karena untuk mendapatkan persetujuan orang ini sangat-sangat sulit, alhamdulillah akhirnya penawaran kita diterima." serunya sambil tersenyum lebar
Selang lima menit, pintu terbuka. Tiba-tiba seruan riuh memenuhi seisi ruangan. Teriakan kaum hawa terdengar mendominasi, termasuk makhluk setengah adam dan hawa seperti Febrian yang tampak histeris. Mbak Vira yang sedari tadi terus mengingatkan kami untuk memberi sambutan yang baik kepada sang tamu juga ikut-ikutan tersenyum kagum pada orang itu, meskipun hanya sebentar. Tapi aku bisa melihatnya dengan jelas. Sedangkan aku terduduk diam di kursi, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.
Tiba-tiba handphone ku bergetar, pertanda pesan masuk. Cepat ku buka setelah melihat nama pengirimnya.
From: Si Abang
Surpriseeee.......!!!!!
Ku tatap wajah orang yang kini berada di samping mbak Vira. Dia tersenyum ramah kepada kami semua dan tatapan nya berhenti sesaat menghadapku. Mata kami bertemu. Kejutannya berhasil! Aku benar-benar terkejut, bahkan nyaris jantungan. Ya....dialah brand ambassador baru kami, Dennis Orlando, aktor dan model papan atas yang sekaligus juga suamiku.