“Jangan atur kami lagi, kalian duduk manis saja. Jika pernikahan antara Noi dan Dirga hanya kompromi terkait kasus busuk Papi dan om Radi, mereka akan bercerai. Aku yang akan mengatakan kebenarannya pada adikku.” Adrian mengucapkan dengan tegas, melawan untuk pertama kaki.
Cukup sudah mereka mengendalikan kehidupan wanita yang ia cintai, saatnya sang kekasih menemukan kebahagiaan tanpa dibayangi luka masa lalu. Adrian bertekad memulai semua dari awal, menyembuhkan sang wanita sebagai satu pribadi utuh. Mengembalikan kehidupan yang direnggut paksa oleh bayangan rasa bersalah, tidak akan mengalah lagi. Saatnya ia bersikap berani, memberontak terhadap siapa pun yang berupaya membuat Noi kembali sengsara.
Ia tahu, ayahnya menjadi patuh pada Radi Joansyah terkait kasus korupsi yang dilakukan. Pencucian uang dengan rekening siluman terhubung pada nama perusahaan keluarga Jaya Angsama, bisa terjerat kasus berat. Diadili oleh KPK. Tak ada pilihan selain berlindung pada mantan tentara tersebut, berharap posisi membaik setelah menjadi besan.
Radi memang menyarankan untuk menjodohkan Dirga dengan Noi, membuat wanita itu lupa pada setiap perbuatan bejatnya di masa lalu. Menangani kepribadian-kepribadian aneh justru menyiksa, membuat was-was setiap waktu. Bagaimana jika anak tirinya tersebut buka mulut? Membuka kedok paling hina seorang pensiunan tentara.
Tanpa dasar cinta menikahi Mia Zumiola, wanita yang telah hamil duluan dengan sang kekasih. Ditinggal begitu saja, melarikan diri ke luar negeri. Tak ada yang mengingat sosok ayah kandung Noi, entah masih bernapas atau telah tiada. Tidak diketahui rimbanya.
Keluarga Mia yang terpandang cukup memiliki pengaruh besar, sehingga ayahnya yang juga masih anggota militer kala itu memberikan perintah tegas. Menikah dengan putri sang juragan. Sebagai anak patuh, Radi menurut.
Harga diri terasa hancur ketika tahu hanya dijadikan tameng, perisai untuk wanita yang cukup dimanja kala itu. Dia seolah pria paling bodoh, datang sebagai tumbal. Namun, tidak bisa menolak keinginan sang ayah, sehingga mau tidak mau ... pernikahan tetap dilangsungkan.
Kebanyakan orang tua khawatir jika anaknya yang sudah berumur belum juga menikah. Bukan sekadar lagi bertanya, “Kapan nikah?”, tetapi juga mulai berencana untuk menjodohkan pilihannya. Sebagai anak, tentu ada perasaan tidak enak jika menolak keinginan orang tua.
Apalagi Radi mulai tertekan dengan pertanyaan tentang menikah terus menerus, mulai dari orang tua, om, tante, dan teman-temannya. Padahal ia belum karena merasa tidak siap dari segi finansial dan mental karena menikah bukan hal yang sembarangan, ditambah lagi selama ini tiada pasangan yang pas. Umur sudah 28 tahun, memaksa orang tua merasa sudah tiba waktunya memiliki menantu
Kisah seperti itu masih banyak terjadi. Dijodohkan orang tua demi kebahagiaan mereka—bukan kebahagiaan Radi. Jelas begitu, karena ia mengiyakan perjodohan yang terjadi, berati sedang menukar kebahagiaan hanya untuk menyenangkan bapak dan ibunya. Memang banyak yang mengatakan bahwa orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya, tapi tidak teruntuk diri sendiri. Saat mengalami perjodohan dan memang tak suka dengan hal itu maka sepatutnya menolak bukan malah menggadaikan kebahagiaan hanya takut dikatakan sebagai anak durhaka.
Kalau sudah tak bisa tegas mengatakan kebahagiaan kepada orang lain, jelas orang lain akan memaksakan kebahagiaan mereka. Semua kehidupan 100% adalah haknya. Jangan biarkan diri mengikuti apa yang orang lain inginkan, apalagi memang tak bahagia sama sekali. Pasti akan sangat menyiksa.
Selama ini mungkin orang tuanya bersikap seperti itu karena melihat Radi memiliki teman yang itu-itu saja. Coba jika meluaskan pergaulan sehingga ada seseorang yang bisa dikenalkan kepada keluarga sebagai pasangan nantinya. Kecuali, memang ingin mengikuti kehendak orang tua.
Pada zaman dahulu, pernikahan merupakan sesuatu yang direncanakan oleh orang tua. Pihak wanita dijodohkan dengan pria pilihan mereka. Saat itu, pernikahan tidak terlalu mementingkan perasaan cinta di dalamnya. Banyak pria dan wanita yang menolak untuk menikah karena tak saling mencintai, tetapi beberapa dari mereka melakukannya demi kebahagiaan orang tua.
Apakah di abad ini, masih ada yang terpaksa menikah padahal tidak saling cinta? Oh, beberapa masih melakukannya. Selain karena dijodohkan, ada yang merasa pasrah karena usia yang sudah terbilang melepas lajang, dan ada yang merasa dia tak punya pilihan lagi. Menikah sekarang atau menjomblo selamanya.
Memang, banyak orang tua yang menikah tanpa rasa cinta di dalamnya, perasaan tersebut tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Memang tidak ada yang salah, apakah kamu mau menikah tanpa rasa cinta? Semua itu tergantung pada keputusan. Tetapi, ada baiknya membaca akibat buruk dari pernikahan yang berlandaskan tanpa rasa cinta.
Kehidupan rumah tangga yang dijalani oleh pasangan yang menikah tanpa saling mencintai berjalan hambar, tidak harmonis, bahkan diwarnai pertengkaran. Suami dan istri pun hanya menjalankan kewajiban sesuai dengan perannya dalam rumah tangga, suami bekerja mencari nafkah dan istri melayani suami. Seperti itulah yang terjadi bertahun-tahun lamanya.
Jika merasa hambar dan jengah, karena selalu berdebat sepanjang hari, bisa saja pasangan akan mencari kenyamanan di luar. Menggoyahkan pernikahan. Namun, lagi-lagi Radi merasa semua teori yang diketahui benar.
Setelah merasa kehidupan rumah tangga yang hambar dan selalu ada pertengkaran, sangat besar kemungkinan godaan dari luar untuk datang. Pernikahan pun menjadi goyah. Bisa saja menemukan orang lain atau mantan yang memberikan rasa cinta padanya. Dia pun dapat meninggalkan hubungan sewaktu-waktu dengan berdalih , “Aku nggak mencintainya, buat apa tinggal bersamanya lagi?”
Cinta adalah “penguat” dalam hubungan pernikahan. Dengan perasaan tersbeut, pasangan suami-istri akan menjadi lebih dekat, lebih mesra, dan dapat menciptakan suasana harmonis dalam rumah tangga. Dengan mencintai pasangan, kita bisa mempertahankan hubungan dari gangguan luar yang menerpa rumah tangga.
Jika sudah memiliki anak, tapi pernikahan masih tidak berwarna, alias tanpa cinta, akan berakibat buruk pada si kecil. Dia membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya untuk tumbuh, dan juga belajar cinta. Sepandai-pandainya bersandiwara, lambat laun anak akan mengetahu kalau orang tuanya ternyata tak saling mencintai. Hal ini akan berpengaruh pada psikologisnya.
Sekali lagi, tak ada yang salah, untuk menikah tanpa rasa cinta di dalamnya. Hal tersebut adalah keputusan, pilihan. Meskipun banyak orang tua yang mengatakan rasa cinta bisa tumbuh seiringnya waktu, tapi tidak menjamin hal yang sama terjadi denganku. Jika bisa menikah dengan cinta, mengapa harus memilih untuk membangun rumah tangga yang tidak dilandasi rasa cinta?
Terlambat jika baru mengutuk sekarang, semua telah menjadi bubur. Ia terlanjur sakit hati terhadap Mia, itulah alasan dirinya tidak masalah melakukan pelecehan pada pemicu utama dirinya tidak bisa hidup bersama wanita pilihan. Jika bukan karena kehamjlan yang melahirkan putri dari Mia, tentu Radi masih bisa menikmati masa lajang.
Daisy hanya batu sandungan, penggerak setiap kesialan dalam hidup Radi. Tak menyesal telah membuat Noi sengsara, merasa trauma berlebihan. Balasan setimpal atas apa yang dilakukannya, mengakhiri masa lajang sang tentara tanpa berpikir ulang.
Balas dendam yang salah tidak berhenti sampai menyetubuhi gadis kecil tak berdosa, memerikan noda pada Daisy. Ia semakin menjadi brutal ketika Mia hanya diam meskipun mengetahui kelakuan busuknya. Merasa memiliki restu, sehingga tak perlu takut akan dipenjara. Sebab, sang ibu tampak menginginkan kematiannya.
Jika saja ayahnya tidak mengenal Radi, tentu tidak akan serumit ini dan Adrian tak perlu curiga pada laki-laki yang kini tampak gusar. Perseteruan dua lelaki berbeda generasi akan terus terjadi hingga dari salah satu mereka mengalah, tidak kali ini. Si sulung enggan melunak pada keluarga.
Cukup sudah menjadi sapi perah demi menerbitkan kebahagiaan mereka, saatnya ia hidup sesuai keinginan hati. Tanpa didikte! Adrian akan melangsungkan kehidupan bersama pilihan hati, menggunakan metode yang dia yakini bisa membuat kebahagiaan terbaik dalam hidup.
Benar, tujuannya saat ini mengambalikan kenormalan hidup Noi.
***