Dibutuhkan Kerjasama Tim

1142 Kata
“Jadi, Daisy ... Noi ... ah! Harus kusebut siapa anak itu?” Jev tampak panik sekaligus tak percaya, merasa apa yang sedang Adrian katakan hanya candaan. Semacam dongeng pengantar tidur, mengaitkan beberapa kasus kematian grup sebagai salah satu bencana paling mengerikan. Melibatkan namanya, juga banyak oknum yang ia kenal dengan sangat baik. Petaka macam apa ini? Dari Alena Dwika hingga korban terakhir, terduga dilakukan oleh satu orang di bawah kendali salah satu identitas yang bersarang dalam satu tubuh Eunoia. Jev Indra shock, tak menyangka jika cerita dengan maksud menghibur serta memberikan dukungan moral justru melahirkan monster mengerikan. Nama-nama yang dibuat sebagai suatu gambaran akan berdampak buruk, mereka benar-benar dilahirkan oleh pemikiran yang menyesatkan. Bagaimana bisa seorang anak perempuan mengaplikasikan setiap karakter dengan apik sampai dewasa? Apa yang sudah dia lakukan sampai menetaskan bibit-bibit jahat dalam diri Noi? Jev Indra mulai merasa bersalah, mengutuk diri sendiri yang terlalu ceroboh dalam bersikap. Pembunuhan berantai yang selama ini ia anggap kasus pengalihan isu dari berbagai kejadian rumit di jajaran pemerintah justru menyeret nama dirinya sebagai kandidat paling memungkinkan karena daftar nama korban merupakan anggota di grup penulisan serupa. Jadi, selama ini dia berada dalam pantauan bukan karena bisnis ilegal yang digeluti bersama Iqtibar Maulana, melainkan kasus lebih besar. Nyawa-nyawa melayang tanpa alasan jelas dan hal tersebut diduga dilakukan olehnya. Jika memang apa yang Adrian katakan benar, nama-nama tersebut berasal dari event yang diselenggarakan oleh KBM dengan melibatkan Afriz Artanabil, semua yang pernah ia kisahkan di masa lalu benar-benar diterapkan oleh Daisy. Namun, siapa yang melakukannya? Menjadi pengontrol pikiran sang predator manusia, pengoleksi darah. Jev merasa tak berdaya, benar-benar tak menyangka jika akan sejauh ini. Kolektor darah, ia hanya menceritakan hal menarik pada bocah periang yang mendadak pendiam. Mengisahkan cerita imajinatif, tetapi justru menjadi inspirasi. Jev memegang kepala, ada denyut-denyut kecil yang cukup menyakitkan. “Kolektor darah akan melakukan apa pun untuk membalas rasa sakitnya, mencari korban yang memiliki rasa sakit serupa. Ia hanya ingin mengurangi siksaan pada orang-orang dengan nasib serupa, agar di dunia ini tidak ada lagi penderitaan. Jadi, kejahatan pun bersih, tanpa orang-orang jelek yang mengerikan.” Dia teringat dengan penggalan kisah fiksi yang sengaja dibacakan untuk Daisy di masa lalu, menciptakan imajinasi yang akan mencipyakan senyuman di raut penuh kesedihan tersebut. Jev masih ingat ucapan yang ia katakan, mencoba melebarkan senyuman di wajah gadis kecil itu. Namun, semua kata dari mulutnya seolah menjadi sugesti, mendoktrin Daisy cilik sebagai pribadi mengerikan. Memicu pikiran jahat berkembang sempurna, terciptalah otak pelaku pembunuhan berantai. Bagaskara Oktavano, partner yang dianggap sebagai Demon oleh beberapa orang tentu berasal dari luka serupa. Jika dikaitkan dengan kasus Oktavano di masa lalu, kemungkinan mereka berada di tempat sama ketika kejahatan berlangsung. Bisa saja, Bagas melihat adegan b***t yang dilakukan terhadap Daisy. Kemudian, skenario selanjutnya adalah menukar saksi mata dengan kembarannya, anak lain yang tak tahu apa-apa. Masuk akal, Jev Indra merasa nalar Adrian bisa diterima. Segala dugaan menjadi saling terhubung, benar-benar satu kejadian terencana. “Kamu akan menemui Gara?” tanya Jev pada Adrian yang hanya mengangguk, semua akan jelas dengan kesaksian laki-laki tersebut. Sebelumnya gagal menginterogasi, Noi pingsan, dan Gara dipulangkan kembali. Kali ini, dia akan menangkap pria itu tanpa kesulitan. Adrian sudah bertekad untuk tidak gentar, entah akan berakibat pemecatan atau nyawa sebagai taruhan. Satu-satunya langkah memang menemui Gara, memastikan segala dugaan. Akan tetapi, perhitungan bisa saja meleset, bagaimana jika ternyata kedua saudara kembar itu saling melindungi? Bekerja sama melakukan tindak kriminal. Perlu ada rencana matang, strategi tepat sasaran.   “Apa Afriz Artanabil bisa dijadikan kawan?” Adrian meminta pendapat dari sosok yang merupakan pencetus adanya sosok kolektor darah, kemungkinan Jev telah memahami alur dari pola yang dipakai Demon. Hanya saja, beberapa tindakan tidak sesuai dengan apa yang ia imajinasikan. Pengirisan simetris, penyiksaan dengan pecahan kaca, atau tindakan keji lainnya. Ia belum pernah mengisahkan secara rinci terkait cara membunuh, apa mereka sedang improvisasi? “Ada simbol illuminati pada setiap kelopak mata korban?” Jev mencoba memastikan sesuatu dan Adrian mengangguk mengiyakan. “Jika demikian, kalian memang butuh Afriz Artanabil untuk memastikan sesuatu. Entah tentang Anggara atau kode-kode menyesatkan. Mau tidak mau, kita semua harus menghentikan aksi gila dua anak dengan jiwa yang sakit.” Bagaimana pun, Jev memaklumi tindakan tak manusiawi tersebut. Ketika pola pikir telah terpengaruh oleh beberapa keyakinan salah, tentu akan melahirkan kepercayaan-kepercayaan aneh. Begitulah yang sedang dianut dua anak dengan luka serupa di masa lalu, tetapi kapan mereka terhubung? Demon merasa bersalah terhadap apa yang menimpa Daisy di masa lalu, sehingga ketika bertemu di kehidupan remaja atau dewasa terpaksa mematuhi setiap titah sang pengendali pikiran. Kemungkinan lain, ada kemampuan dalam diri Daisy atau identitas lain untuk mengontrol seseorang sehingga mampu percaya serta yakin akan setiap perintah. Siapa? Jev mencurigai Debora di balik semua kejahatan yang dilakukan. “Kita tak akan bisa bergerak berdua, timmu akan kesulitan menangkap pelaku. Memaksa penderita DID berbicara jujur sedikit rumit, kita tak tahu ... siapa yang berkata jujur. Kamu pun tertipu oleh kepintaran Noi.” Adrian membenarkannya, merasa dibodohi oleh sikap yang ia anggap mustahil menipu. Kemungkinan Debora menyerupai Noi atau yang lain sangat besar, tak terdeteksi. Jev mengatakan jika kepribadian tersebut tidak mudah diprediksi. “Aku mengatakan jika Debora ini layaknya peri, akan muncul ketika Daisy butuh pertolongan. Kapan pun merasa hidup sangat sulit, karakter ini akan datang sebagai penyelamat. Kamu tahu Cinderella? Begitulah gambaran sosok manipulatif tersebut.” Jadi, Daisy akan beranggapan jika Debora ini adalah peri yang akan mengabulkan semua permintaan, termasuk membunuh. Lalu, apa alasan kematian para wanita itu sesuai perkataan Noi? Dipilih karena mereka dianggap memiliki dosa-dosa mematikan? Seperti yang biasa Iblis lakukan, menjadi Tuhan paling kejam. Bagaimana jika sebaliknya, Jev Indra benar. Pembunuhan terjadi karena pelaku merasa mereka harus mati untuk menghindari rasa sakit akibat pelecehan yang dialami. Kalau begitu, pelaku kejahatan sesungguhnya perlu diadili, Iqtibar Maulana akan dijerat pasal berlapis terkait kelakuan bejatnya. Tersisa lima nama termasuk Noi, pemilik akun dengan nama Zee Jofany tersebut merasa sebagai calon korban terakhir. Apakah penalaran tersebut hanya bentuk karangan semata atau memang pola yang dipakai Demon memang demikian? Namun, ini sedikit ganjil, bagaimana bisa Demon menargetkan rekannya sebagai sosok paling ingin dihabisi sebagai tumbal terakhir? “Maksudnya ... Iqtibar Maulana akan kita libatkan?” tanya Adrian tak bisa menerima saran dari Jev kali ini, memasukkan pelaku tindak m***m justru hanya akan mencoreng keadilan. “Dia pemicu tindakan bengis dua orang pelaku, jika tidak melecehkan para penulis muda ... mereka tak akan ditandai untuk dibunuh.” Jev merasa ada yang janggal, terlalu mudah jika beranggapan semua bermula dari pelecehan di masa kini. Namun, apa? Perasaannya semakin tak nyaman, mencoba menemukan kaitan demi kaitan. Berpikir kembali tentang semua penjelasan Adrian, terkait nama-nama yang memang cukup ia kenal. Jika pelecehan yang dilakukan Iqtibar Maulana merupakan pemicu aksi kepribadian jahat Daisy muncul, tentu wanita itu pun pernah diperlakukan kurang ajar oleh lelaki tersebut. Semua harus dilakukan menyeluruh, mengulang kembali dari awal. Menemukan titik awal permasalahan, alasan terjadi pembunuhan berantai. ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN