Serangan Kembali

1112 Kata
Ketika kebenaran perlahan tersingkap, menyibak tabir paling mengerikan sekaligus memuakkan bagi Adrian, ia memilih menyendiri. Mencoba menemukan setiap jawab logis dari hal-hal tak masuk akal. Ditemani minuman beralkohol, mencoba sejenak terlepas dari belenggu kerumitan kasus-kasus sekitar. Pembunuhan berantai yang masih menyisakan banyak kejanggalan, kelainan jiwa para pelaku memaksanya meneguk kaleng di tangan kanan. Tak habis pikir dengan mereka, bertindak jahat tanpa memiliki perasaan iba. Ia menatap bir dingin tersebut, tersenyum sebelum melempar jauh. Banyak orang menyalahkan alkohol, beranggapan jika minuman dengan kandungan zat tersebut mampu membuat seseorang bertingkah binatang. Tidak! Mereka berkata demikian hanya demi membuat pembelaan, merasa setiap tindakan di luar kendali. Padahal setiap tindakan dilakukan oleh kesadaran. Memperkosa seorang anak kecil, apa yang mereka dapatkan? Laki-laki akan terangsang setiap melihat hal-hal menggairahkan, apa bentuk tubuh bocah cukup meningkatkan libido? Tentu saja jawabannya tidak, mereka hanya beralasan. Mencoba menemukan pembelaan dari setiap tindakan. Sekali mungkin khilaf, tetapi jika diulangi kembali ... memang nafsu binatang melekat dalam diri. Lebih mengerikan dibanding makhluk tak berotak, secara wujud bernama manusia. Namun, sejatinya hewan liar bersemayam dalam diri. Trauma itu seharusnya disembuhkan, bukan dipelihara sebagai suatu pemakluman. Jika tidak, monster-monster baru akan terlahir tanpa diinginkan. Para pembunuh berdarah dingin akan bertindak keji, seolah roh jahat merasuki. Sejatinya, bukan! Mereka justru menganut pemahaman keliru, merasa tidak bersalah, serta kurang empati. Kenapa bisa sejauh itu? Keluargalah yang membentuknya. Menciptakan karakter-karakter terkutuk di dunia, para psikopat terlahir dari tidak adanya perhatian. Setiap anak yang dikirim Tuhan bukanlah Demon, mereka Angel. Lalu, kenapa bisa menjelma Iblis di kemudian hari? Kedua orang tuanya membentuk satu pola pikir keliru, menerapkan asuhan salah sehingga karakter terbentuk sesuka hati. Seharusnya Daisy kecil segera dibawa pada ahlinya, disembuhkan dengan terapi paling membantu. Bukan mengabaikan begitu saja. Sekalipun tidak menghendaki keberadaannya, bukan begitu cara memperlakukan seorang anak. Apa Daisy ingin terlahir tanpa ayah? Dia bahkan tak mengetahui alasan dilahirkan ke dunia, kenapa Mia Zumiola melimpahkan setiap kesalahan pada hasil perbuatan terkutuknya? Bagaimana dengan Radi Joansyah? Apa otak dan hatinya tidak berada di tempat? Laki-laki dengan karakter keras dan bertubuh atletik justru berkelakuan banci. Tidak bisa dimaklumi, ia akan mengusut semuanya. Bagaimana cara menyeret nama sang mantan tentara tersebut ke penjara? Delapan belas tahun telah berlalu. Menyadari peran Noi sebagai penggerak Demon dalam melakukan aksi kejahatan cukup melukai hati, apa dia harus mengurung wanita itu agar tidak ada lagi kematian sia-sia? Adrian berteriak cukup keras, melempar kaleng lain ke arah langit. Mencoba protes pada ketetapan Surga. “Kenapa Tuhan?” Dia masih tak bisa menerima takdir yang djgariskan, sangat tidak adil bagi Noi. Wanita itu memang jahat, terlalu kejam. Namun, di balik setiap tindakan tak manusiawi yang dilakukan, ada alasan paling tak terkatakan. Trauma paling sengsara. Senyuman manis wanita yang mulai menjadi tujuan utama, alasan dirinya masih bertahan untuk tetap hidup. Noi menjadi satu-satunya prioritas bagi Adrian, memberikan keadilan. Tidak peduli apa pun di masa depan, perempuan tersebut harus mendapat perlakuan terbaik. Tidak lagi pelecehan terkutuk. Bagaimana dengan Dirga? Apa dirinya tetap akan berada di posisi egois? Mengambil milik sang adik, tidak peduli pada perasaan laki-laki pertama yang  memiliki Noi. Dia masih belum sepenuhnya jahat, tetap sosok kakak penuh cinta kasih. “Bagaimana kondisi kakak ipar?” Begitulah bentuk kecemasan Dirga ketika dirinya keluar dari kamar, cemas tanpa dibuat-buat. “Apa yang sebenarnya terjadi?” Memang ada ikatan pada hati sepasang suami-istri, Dirga memang kehilangan ingatan tentang Noi. Namun, perasaan cinta tak sanggup berbohong. Masih menunjukkan perhatian serta cemas mendalam. Mengingat semua itu memaksa Adrian mengutuk diri sendiri, tidak pantas menyebut Dirga sebagai adik ketika istrinya ditiduri. Pengkhianat paling menjijikkan, tak jauh berbeda dari para laki-laki b***t lainnya. Adrian meniup napas, mencoba membuang setiap rasa bersalah. Saat ini, ia harus fokus pada kasus, bukan memikirkan hal pribadi. Urusan cinta bisa dipikirkan setelah kondisi kondusif, sebelum ada serangan kembali. Semua perlu ditindaklanjuti, jangan lagi bersikap lunak. Cukup sudah luka pada Alvin dan Akbar, mereka rupanya memili sniper. Tak mungkin penembak asal bisa memberikan luka di bagian vital, beruntung hanya tergores. Tidak menembus organ mematikan. “Siap, Adrian di sini!” Dia menjawab telepon dengan suara tegas, sedikit pengaruh alkohol cukup membuat kepala pusing. Namun, ketika atasan memanggil, profesionalitas memanggil untuk selalu terdepan. Adrian segera berlari, membiarkan kaleng-kaleng di atas rerumputan. Menuju mobil, ia harus menuju lokasi kejadian. Kabar buruk menimpa Anggriawan, komisaris jenderal tersebut diserang ketika pulang dari dinas. Setelah dua anak buahnya, sekarang berpindah pada Anggriawan. Gerakan kaki melambat, teringat pada ucapan Jev Indra terkait kisah yang diceritakan pada Daisy di masa lalu. Momen kebersamaan mereka jelas menghentikannya. “Aku memang mengisahkan tentang kolektor darah lengkap dengan para karakter wanita hebat, tapi terkait penembak jitu dan pengeboman ... ini bukan perbuatan Demon dan Debora. Pasti ada kekuatan lain yang menyadari dalang pembunuhan berantai, sedang mengawasi pergerakanmu. Tentu bukan kalangan biasa, akses pada pemilik keahlian di dua bidang senjata legal hanya dimiliki orang-orang tertentu. Berhati-hatilah, musuhmu bukan Gara atau kembarannya, tetapi nama yang sedang melindungi si kembar.” Adrian hanya bersandar pada badan mobil, mencoba mengembalikan fokus lebih dulu. Tak ada yang bisa ia hubungi selain Dirly, kondisi Bell atau siapa pun yang akan ditemui belum menemukan kejelasan. Ia meninggalkan wanita itu dalam keadaan tertidur. Semoga kali ini, Noi kembali. Wanita itu terlalu lama pergi, Adrian rindu. Semoga segera kembali, ada perasaan cemas berlebih. Bagaimana jika Noi benar-benar tak mau datang lagi? Ia bahkan belum sempat mengungkapkan perasaan dengan benar. “Noi, kembalilah.” Adrian bergumam, memejamkan mata. Sengaja membiarkan air mata lolos, tak sanggup lagi menanggung beban seorang diri. Terlalu berat. Ada kalanya seorang polisi perlu menangis, kasus rumit kali ini berasal dari hal menyedihkan. Gerakannya lemas, masuk mobil tanpa daya, dan duduk di belakang kemudi. Berharap Anggriawan tak terluka parah, bagaimana bisa penyerang lolos lagi? Apa penjahat selalu memiliki keberuntungan bagus? Para Iblis melindungi mereka, lalu di mana para Malaikat? Tidak bersediakah membantu manusia memerangi para pasukan Lucifer? Adrian menyalakan mesin, menginjak gas perlahan untuk pergi. Tujuannya ke rumah sakit, seusai informasi dari ayah Olin. Biarkan para atasan murka, ia bergerak diam-diam bukan untuk hal terlarang. Jangan ada lagi korban berikutnya, Adrian harus melakukan gerakan cepat. Menemukan kaki tangan pelaku, Desi Afriani dan Violeta Miea. Dua wanita itu merupakan kutukan peradaban, bertingkah Iblis hanya demi membuktikan rasa suka pada idola. Gila! Bagaimana bisa seorang perempuan memiliki keinginan menghabisi nyawa orang lain? Sekalipun mereka sangat membenci, sepertinya mendatangkan maut bagi sesame merupakan perkara paling tak masuk akal. Apa alas an seseorang memutus siklus kehidupan di dunia? Jika saja ada peradilan paling adil benar-benar ada, tentu manusia akan berpikir jutaan kali untuk melakukan kejahatan. Namun, selama godaan para Iblis masih hidup di semesta, kemungkinan dunia hidup dalam ketentraman tidak akan pernah bisa terlaksana. Sebab, masih akan ada banyak perkara mustahil yang susah diterjemahkan sehingga sulit dipahami. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN