“Siapa Naira, Ren? Apa dia lebih baik dari Renata sampai kamu rela ninggalin apa yang sudah kamu genggam?” Dina tidak bisa tinggal diam. “Jawab, Rendra. Benar kamu ninggalin Renata karena perempuan itu?” “Jangan bawa-bawa Naira. Aku mutusin pertunangan karena aku memang nggak cinta sama Renata. Bukan karena Naira. Ada dia atau enggak—aku tetap nggak cinta sama Renata.” Rendra menghembus napas pelan, sementara rahang yang sudah kembali merapat—saling menekan kuat. “Itu artinya memang benar. Karena perempuan itu kamu tega hancurin semuanya.” Dina menggelengkan kepala. “Bawa perempuan itu menemui kami.” “Sudah aku bilang, semua ini nggak ada hubungannya sama Naira. Nggak perlu libatin dia. Dia nggak tahu apa-apa.” Tama menyandarkan punggung, lalu melipat kedua tangan di depan d**a. Bola

