Malika baru saja selesai membantu sang ibu buang air kecil ketika sang kakak—Doni muncul dengan tubuh basah. “Hujan?” tanya Wuri. Sepasang mata wanita itu mengikuti pergerakan sang putra yang langsung membuka lemari di bawah meja. “Iya. Deras.” Doni menjawab tanpa memutar kepala. Pria itu menarik keluar tas travel lalu membukanya. Doni mengeluarkan satu stel pakaian miliknya lalu menyimpan kembali tas travel ke dalam lemari yang tidak seberapa besar. “Jangan-jangan mbak mu tadi kehujanan.” “Mungkin. Hujannya sudah dari tadi.” Doni kemudian berjalan keluar dari kamar yang tersekat kain sebagai pembatas antar ranjang pasien. “Mas Doni bilang apa, Bu? Mbak Na kehujanan?” tanya Malika yang tidak sempat membaca gerak bibir sang kakak ketika menjawab pertanyaan ibunya. “Semoga nggak. Kasih