Naira menelan ludahnya susah payah. Olif sudah memutus sambungan telepon. Naira menurunkan ponsel masih dengan menggenggamnya erat. Sementara sepasang mata wanita itu membalas tatapan dua orang di depannya bergantian. “Siapa?” Felicia langsung bertanya. Lipatan halus sudah terlihat di kening wanita tersebut. Felicia bisa melihat perubahan ekspresi wajah Naira saat menerima panggilan telepon entah dari siapa. Naira mengatur napas sebelum membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Felicia. “Teman kerja.” Bola mata wanita tersebut bergulir ke samping. “Ak-aku … harus pergi.” Naira merutuki lidahnya yang kelu hingga harus tersendat ketika berbicara. Naira merasa begitu bersalah ketika bertemu tatap dengan Renata. Naira buru-buru mengalihkan tatapan ke arah Felicia. “Astaga, Naira. Ini sudah m