"Victor b*jingan." Racau Laura yang sedang mabuk, dia mengepalkan tangannya dan terus meneguk minuman yang ada di tangannya hingga tandas.
"Sudah Laura. Kau sudah menghabiskan satu botol, kau bahkan sudah mabuk." Ucap Meka sahabat dari Laura yang sedari tadi bersamanya, dia sangat khawatir dengan Laura yang sakit hati ketika mengetahui kekasihnya selingkuh darinya.
"Aku sudah menghabiskan waktu satu tahun dengannya, aku pikir dia lelaki yang setia, ternyata dia baj*ngan, Meka. Dia benar-benar baj*ngan!" Umpat Laura yang marah, bicaranya sudah sedikit melantur karena mabuk.
"Sudah, lupakan dia. Dia tidak pantas untukmu. Seharusnya kau tidak mabuk-mabukan seperti ini, kau harus balas dendam dengan mencari lelaki yang lebih tampan lagi darinya dan lebih baik darinya." Kata Meka yang membuat Laura terdiam sebentar lalu tersenyum lebar.
"Kau benar, kau sangat benar Meka. Aku harus mencari pria yang lebih tampan darinya," kata Laura lalu berdiri yang membuat Meka lega akhirnya Laura mau pulang.
"Eeh mau ke mana?" Tanya Meka panik ketika Laura malah pergi ke atas. Padahal dia tadinya sudah lega karena mengira jika Laura mau pulang bersamanya, namun Laura malah pergi ke atas di mana di sana banyak kamar tamu, Meka tentu saja langsung mengejarnya namun malah kehilangan jejaknya.
"Astaga, mati aku.. di mana anak itu." Gumam Meka yang khawatir sendiri karena Laura tiba-tiba menghilang.
Meka masih berusaha mencarinya namun tidak juga ketemu yang membuat dia pasrah dan menunggunya ke tempat tadi yang kemungkinan nanti Laura akan kembali.
"Semoga dia baik-baik saja, astaga Laura." Gumam Meka yang takut. Jika terjadi apa-apa dengan Laura, dia mungkin bisa terkena omelan oleh orang tua Laura karena mereka tau jika Laura keluar dengannya.
Sedangkan yang dicari malah sedang berciuman panas dengan seorang pria yang tadi menariknya.
"Aah, cium anmu sangat li4r, Sayang. Aku menyukainya," lenguh Laura saat ciuman mereka terlepas dan kini pria itu sedang menciumi lehernya, menjilati dan bahkan menyesapnya.
Tadi nya memang Laura berjalan sembarangan arah namun tiba-tiba ada pria asing yang menariknya masuk ke dalam kamarnya dan langsung mengukungnya lalu mencium bibirnya.
Laura yang saat itu sedang mabuk malah langsung membalas ciuman pria itu. Padahal dia sama sekali tidak mengenalnya.
Laura mendorong pelan tubuh pria itu untuk melihat wajahnya.
"Kau sangat tampan, bahkan kau lebih tampan dari Victor, apa kau mau menjadi kekasihku?, jadikan aku kekasihmu." ucap Laura memandangi wajah tampan pria di depannya dengan tatapan sayu.
"Maafkan aku, Aku benar-benar sudah tidak bisa menahannya." Ucap pria itu yang langsung mencium bibir Laura lagi dan tangannya bahkan sudah menjalar ke mana-mana.
Tubuh Laura semakin gelisah saat tangan besar pria itu mempermainkan benda kenyalnya.
Entah kenapa Laura tidak menolak sama sekali bahkan tersenyum dan menikmati sentuhan pria yang ada di depannya.
Sentuhan pria itu benar-benar membuat Laura lupa diri dan malah mengalungkan tangannya di leher pria itu.
Dia merasa senang karena bisa mendapatkan pria yang jauh lebih tampan dari mantan kekasihnya yang telah menghianatinya.
"Aah pelan-pelan." Lenguh Laura, dia memprotes karena pria itu mencumbunya dengan sangat menggebu, bahkan da danya terasa sedikit sakit karena dia terlalu keras mer*masnya.
"Zeyn. Namaku Zeyn Baldwin." Bisik Zeyn sambil menciuminya.
Laura memekik terkejut saat Zeyn merobek bajunya. Zeyn yang benar-benar dikuasai oleh gair//ah dan naf//su melakukannya dengan sedikit kasar, Laura sendiri entah tidak marah dan malah semakin menik//matinya.
Dia bahkan membantu Zeyn melepaskan bajunya yang kini mereka benar-benar sudah polos.
Sentuhan Zeyn membuat dia seketika melupakan masalahnya yang sakit hati karena penghianatan kekasihnya.
Dia rasanya ingin menyalurkan kemarahannya dengan berc/inta bersama pria yang kini sedang bergulat panas dengannya dan mampu membuatnya melayang dan merasakan kenik//matan untuk yang pertama kalinya meskipun awalnya dia merasakan sakit yang luar biasa karena ada pria yang telah berhasil menjebol gawangnya.
"Aah f**ck, ini benar-benar nikmat." Erang Zeyn yang kini menghentakkan miliknya dengan cepat ke dalam lembah milik Laura yang sudah sangat basah dan licin karena ulahnya.
"Aah yeah, milikmu juga sangat besar dan penuh di sana." Racau Laura, desahan Laura bahkan membuat Zeyn semakin menggebu untuk mempercepat hentakannya.
Mereka yang sama-sama di liputi gai/ah melakukannya bahkan sampai hampir menjelang pagi,
Kenik//matan yang mereka lakukan membuat mereka benar-benar kalap dan lupa diri. Mereka baru berhenti ketika Laura benar-benar merasa kelelahan dan langsung tertidur, begitupun dengan Zeyn, dia yang sudah mendapatkan pelepasannya untuk yang ketiga kalinya juga ambruk dan langsung tertidur.
*****
Keesokkan paginya. Laura mengerjabkan matanya karena baru bangun dari tidurnya,
Dia meringis karena merasakan tubuhnya sangat sakit dan bahkan area bawahnya terasa ngilu. Tubuhnya merasa ringsek dan benar-benar sakit semua.
"Kenapa dengan tubuhku." Ringis Laura yang ingin memposisikan dirinya menjadi duduk namun dia terkejut karena dia merasa tidak memakai apapun.
"A-pa yang terjadi?" Gumam Laura panik, dia megedarkan pandangannya yang ternyata dia berada di kamar yang tidak tau itu milik siapa.
Dia lebih terkejut dan bahkan ingin berteriak ketika melihat ada seorang pria tampan yang masih tidur di sampingnya dengan bertelanjang d**a.
Laura mengingat kejadian semalam dan memukul kepalanya sendiri ketika dia mabuk berat dan sepertinya berakhir malam panas dengan pria asing di sampingnya.
"Astaga, kau bodoh Laura." Ucap Laura merutuki kebodohannya karena ternyata keputusannya pergi ke club untuk menghilangkan kegalauannya karena kekasihnya berselingkuh darinya malah membuat dia berhubungan badan dengan pria yang sama sekali tidak dia kenal sebelumnya.
"Mungkin dia salah satu gigolo di club ini." Batinnya.
Dia mengira jika pasti kemaren malam dia bermalam dengan salah satu gigolo di club ini, mengingat wajahnya sangat tampan. Rata-rata gigolo di club ini memang sangat tampan.
Laura menghela nafas panjangnya dan akhirnya turun perlahan, dia ingin memakai lagi bajunya yang ternyata sudah robek.
"Astaga, se liar apa dia tadi malam sampai bajuku bahkan tidak berbentuk seperti ini." Gumam Laura karena terkejut keadaan bajunya bahkan tidak bisa di pakai. Dia memang tidak sepenuhnya ingat kejadian semalam namun dia rasanya bisa membayangkan bagaimana liarnya dia dan pria di depannya ini sampai bahkan kamar mereka sangat berantakan.
Laura mengedarkan pandangannya dan melihat ada kemeja yang pastinya itu milik pria yang tidur bersamanya.
Laura langsung mengambilnya dan memakainya. Dengan buru-buru dia langsung pergi dari sana tanpa membersihkan diri terlebih dahulu, sebelum pergi Laura sudah meninggalkan sejumlah uang di atas meja tepat di samping tidur pria itu.
"Aw, rasanya masih sakit," gumamnya sambil meringis karena di area miliknya benar-benar masih sakit. Dia bahkan harus berjalan sedikit mengangkang karena merasa tidak nyaman di area bawahnya.
Laura menghela nafas panjangnya sebentar lalu mengingat kejadian semalam, dia masih mengingat samar-samar kejadian panasnya dengan pria asing itu.
"Semua sudah terjadi, aku tidak menyangka jika aku akan kehilangan kegadisanku dengan gigolo." Gumamnya yang ada rasa penyesalan di hatinya, namun semua sudah terjadi dan dia tidak akan bisa mengubah itu semua.