Bab 5

1003 Kata
Setelah sarapan, Laura yang ingin memulai pembicaraan tidak jadi karena sepertinya ayahnya ingin berbicara terlebih dahulu "Dari mana kau semalam, Laura." Tanya Deni memulai pembicaraan. Dan benar saja, ayahnya sudah memulai pembicaraan, Laura menghela nafas panjangnya terlebih dahulu baru bersiap menjawabnya. "Maaf karena tidak menghubungi Mama dan Papa, aku menginap di rumah teman karena sedang ada masalah, aku butuh ketenangan." Kata Laura yang membuat Lucy mengerutkan dahinya. "Kau tadi tidak mengatakan kalau kau sedang dalam masalah, Sayang." Kata Lucy sang ibunda, "Hm, aku ingin pernikahanku dan Victor di batalkan." Kata Laura yang membuat orang tua Laura tentu saja terkejut, sedangkan Meka meringis dan hanya menjadi tontonan saja, dia sangat sering dan sudah terbiasa dengan keluarga Laura, bahkan orang tua Laura sudah menganggap Meka sebagai putrinya karena memnag Meka dan Laura sudah bersama sejak kecil. "Omong kosong apa ini. Laura. Pernikahan kalian akan di adakan dua bulan lagi, dan kedua keluarga sudah menyetujuinya. Jangan karena kau bertengkar dengan Victor membuat pernikahan kalian batal," kata Deni yang tentu saja tidak menyetujui perkataan Laura. Yang dengan seenaknya membatalkan pernikahan begitu saja. "Victor selingkuh dengan sekretarisnya, dia bahkan tidur dengan wanita itu di depan mata kepalaku sendiri." Ucap Laura yang akhirnya tangisnya kembali pecah. Bagaimana pun Laura dulunya memang sangat mencintai Victor, namun saat melihatnya kemaren, rasa cinta itu rasanya entah kemana. Perkataan Laura tentu saja membuat keduanya terkejut. "Apa yang kau bicarakan, Laura. Itu tidak mungkin. Papa sangat tau bagaimana Victor dan dia sangat mencintaimu, jika tidak, mana nungkin dia serius denganmu bahkan ingin menikahimu." Kata Deni yang rasanya tidak percaya dengan perkataan Laura. "Pap tidak percaya denganku? Aku tersakiti di sini Pa, aku tidak akan mau dengan pria yang sudah menghianatiku. Aku memergokinya sendiri kemaren, aku ingin memberikan kejutan padanya dengan tidak mengatakan jika aku sudah pulang dan langsung ke apartemennya, tapi aku tidak menyangka aku malah melihat mereka sedang melakukannya di apartemen Victor." Kata Laura yang malah marah dengan Deni karena tidak mempercayainya. Sedangkan Lucy yang sebensrnya masih terkejut dan tidak percaya memilih untuk memeluk putrinya yang sedang menangis. Meskipun dia rasanya tidak mungkin tapi Lucy sangat percaya dengan perkataan Putrinya. Deni terdiam sebentar. "Papa akan membicarakannya nanti dengan Victor, maafkan Papa. Jika memang itu terjadi, Papa tidak akan memaksamu untuk menikah dengannya." Kata Deni pda akhirnya berdiri dan memeluk Laura, dia bisa melihat memang putrinya seperti sangat sakit hati dengannya. Pikirannya mengarah ke mana-mana, karena di sisi lain, Deni memiliki harapan besar dengan pernikahan Laura dan Victor. Victor merupakan investor tertinggi di perusahaannya, jika pernikahan mereka batal, kemungkinan resikonya perusahaannya akan mengalami penurunan, namun di sisi lain, jika memang itu terjadi, Deni rasanya tidak bisa menahan diri untuk memberikan pelajaran kepada Victor yang telah berselingkuh di belakang putrinya. Dia sangat tau bagaimana Laura sangat mencintai Victor, begitupun sebaliknya, Deni harus mencari tau dulu kebenarannya dan tidak bisa membatalkan pernikahan Laura dan Victor begitu saja. Deni memilih untuk pergi ke kantor, dia meminta Laura untuk beristirahat karena sepertinya Laura masih sakit hari dengan penghianatan Victor. "Apa kau yakin akan membatalkan pernikahanmu? Aku sepertinya mengerti apa yang ada di pikiran Papamu, dia percaya pdamu tapi dia sepertinya kepikiran dengan perusahaan karena kalau kau batal menikah, kemungkinan besar. Victor bisa saja mencabut investasinya di perusahaanmu." Kata Meka. "Bantu aku mencari investor lain yang lebih berpengaruh dari victor, aku harus bisa menyelamatkan perusahaan Papa." Kata Laura yang sebenarnya sedari kemaren sudah kepikiran akan hal itu. Maka dari itu kemaren Victor dengan langangnya percaya jika Laura tidak akan memutuskannya karena perusahaannya masih berada di naungan perusahaan Victor. "Ada sebenarnya masih banyak. Tapi yang cocok untuk bekerja sama dengan perusahaanmu adalah perusahaan milik keluarga Baldwin." Ucap Meka. "Baldwin?" Beo Laura yang di angguki oleh Meka. "Perusahaan itu bahkan tidak ada apa-apanya dengan perusahaan Victor. Masih kalah jauh." Laura mengambil laptopnya dan mencari di internet tentang perusahaan itu, "Zeyn Baldwin?" Gumam Laura membaca pimpinan dari perusahaan yang di maksut oleh Meka. "CEO nya seumuran dengan Victor, tapi tidak ada fotonya." Ucap Laura yang di angguki oleh Meka. "Memang tidak ada, dia sangat jarang mau di foto, tapi kabarnya dia sangat tampan." Kata Meka. "Ck, aku tidak peduli dia tampan atau tidak, yang terpentinf Aku harus mencoba mengirimkan berkas untuk melakukan pertemuan dan mengajukan kerja sama secepatnya." Ucap Laura yang di angguki oleh Meka "Tapi jika saja kau bisa membuat dia terpesona denganmu dan jatuh cinta denganmu, kau bisa balas dendam dengan Victor." Ucap Meka menyarankan yang membuat Laura terdiam sebentar dan sepertinya tertarik dengan saran Meka. Namun seketika Laura menggelengkan kepalanya. "Ide mu buruk, jika itu terjadi. Sama saja aku memanfaatkan Tuan Zeyn." Kata Laura malah mengomeli Meka yang di tanggapi dengan kekehan. "Aku hanya menyarankn, mana tau kau benar-benar suka dengannya." Kata Meka. "Sudahlah, aku tidak mau membahas masalah pria terlebih dahulu," Entah kenapa sepertinya Laura sebelumnya mengingat siapa itu Zeyn Baldwin, rasanya dia pernah mendengar nama itu namun dia benar-benar tidak ingat. "Mungkin hanya perasaanku saja." Batin Laura ***** "Sayang, kau baik-baik saja kan? Kemaren aku bermimpi buruk." Ucap Naina yang baru bertemu dengan Zeyn, kekasihnya karena sebelumnya dia ada tugas di negara lain selama hampir dua minggu. Zeyn terdiam, rasa bersalah semakin memenuhi dirinya karena dia telah menghianati kekasihnya dan bahkan sebentar lagi mereka akan menikah dua bulan lagi. Meskipun itu karena jebakan, bagaimanapun Zeyn sudah tidur dengan wanita lain di belakang kekasihnya. "Kenapa tidak menjawab." Ucap Naina yang membuat Zeyn tersadar. "Aku baik-baik saja, Sayang. Maaf kepalaku sedikit pusing karena memikirkan pekerjaan." Ucap Zeyn sebagai alasan "Apa ada masalah?" Tanya Naina. "Apa vitamin yang aku berikan masih ada? Jangan lupa minum setiap hari." Kata Naina yang membuat Zeyn tersenyum lalu memeluk kekasihnya. "Aku masih menyimpannya dan meminumnya setiap hari." Kata Zeyn. "Ada masalah ya?" Tanya Naina yang masih berada di dekapan kekasihnya. "Hm, sedikit." Kata Zeyn "Sayangnya aku seorang dokter, bukan pembisnis, jadi tidak bisa membantumu." Kata Naina yang membuat Zeyn terkekeh, dia mencium kening Naina yang membuat dia tersenyum.. Zeyn tentu saja memilih untuk tidak memberitahukan yang sebenarnya atas apa yang terjadi waktu itu, jika Naina tau, sudah di pastikan hubungannya dengan Naina akan berakhir.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN