Perjodohan Paksa

1109 Kata
Sadis, kuat, dan juga pemberani adalah julukan Jade. Namun, sayang hatinya kini sedang rapuh. Nama Malakai, pemimpin mafia sekaligus pria yang ia cinta telah terkuar dari bibir wanita lain. Parahnya lagi, wanita itu yang digadang-gadang akan menjadi calon istri Kai sekaligus mafia queen organisasi Mafia Black Skull. Perangai ramah Jade kemudian berubah datar kepada sosok Krista yang sedang dikawalnya. Meski begitu, Jade tetap menepati janji yakni mengantar puan berambut pirang itu menuju salah satu Caffe yang menjual kopi favoritnya. Jade hanya memantau dari kejauhan seraya duduk di kursi jenis bar yang berada dekat dengan jendela besar. Di sana ia kembali tercenung, tentang nasib hubungannya dengan Kai di masa depan. Akankah ada masa depan untuk kita, Kai? "Hey, ini untukmu. Ini kopi favoritku." Krista menyerahkan segelas kopi yang sama meski Jade menolak untuk dibelikan tadi. "Kau seorang keras keras kepala rupanya. Baiklah akan kuterima," balas Jade berusaha sopan dengan menerima pemberian Krista. Sunggingan manis pun terulas dari sudut bibir Krista karena menganggap apa yang dikatakan Jade adalah pujian. "Apa kau pernah dijodohkan, Jade?" Tanya Krista tiba-tiba membahas perjodohan. "Tidak. Sejak kecil aku sudah tinggal di panti. Aku yang menentukan jalan hidupku," jawab Jade datar "Maaf, aku tidak tahu." Krista menimpali pelan karena merasa bersalah. Suasana pun menghening sesaat. Hingga Krista kembali mencurahkan apa yang ada di hatinya. Ia mengaku iri dengan Jade karena bisa mnentukan pilihan termasuk memilih pendamping hidup yang dicinta. "Aku bahkan sudah tercipta seperti yang ayahku mau yakni menjadi seorang dokter, tapi tetap saja aku tidak bisa memilih jodohku padahal sudah jelas aku meminta kepada ayah bahwa ingin menemukan tambatan hati sendiri. Bukan menjadi boneka mafianya." Jade hanya terdiam, tidak ada kesan atau nasihat yang bisa ia sampaikan karena hatinya pun sedang hancur. Hubungan yang baru saja terjalin dnegan Kai mungkin akan segera berakhir. Ia tahu betul seluk beluk dunia mafia jika sudah sudah terlibat dalam aliansi perjodohan. Mundur atau membatalkan kesepakatan sama saja dengan otomatis berubah haluan dari aliansi menjadi musuh. Perang besar pun akan menjadi puncak perselisihan. *** "Ayahmu sudah sudah datang, Boss. Tapi, aneh. Dia tidak sendiri melainkan dengan rombongan mafia Domsday," lapor Toni pada Kai. 'Apa!" Mood Kai mendadak geram. Tanpa pemberitahuan sebelumnya, sang ayah bertandang dengan membawa mafia saingan ke markas Kai. Ia pun memerintah Toni dan anak buah yang lain siaga dan bergegas menghampiri mereka. "Kau punya nyali datang ke sarang musuh, huh?" cemooh Kai kepada pemimpin mafia Domsday, Christian Rivera. "Dia bukan musuh, Kai. Mulai sekarang Domsday adalah aliansi kita," bela Alonzo dengan nada bicara tenang, mengambil posisi sejajar di sebelah Cristian. "Apa maksudmu, ayah? Kita tidak pernah berdiskusi sebelumnya tentang aliansi dengan siapapun!" "Well, kita akan berdiskusi sekarang." Ujaran Alonzo sontak membuat seluruh anak buah Kai terperangah tak percaya begitu pun dengan Kai. Alonzo lantas meminta putranya dan juga Cristian memasuki ruang meeting Mansion S untuk memulai diskusi penting. Setah sampai dalam sebuah ruang kerja, mereka pun mengambil duduk masing-masing dengan Kai didampingi Toni yang berdiri di belakangnya. "Cepat katakan, Ayah. Apa maksudmu dengan beraliansi?" tanya Kai tak sabaran sementara itu, Cristian hanya merespon dengan diam sedari tadi. "Kau akan dijodohkan dengan putri pertama Cristian, Krista Rivera," tanda Alonzo to the point. Seketika, aliran darah Kai berdesir hebat, emosi kini menguasai hatinya. Tentu saja dengan tegas Kai menolak aliansi dalam bentuk perjodohan. Sampai kapanpun ia tak akan terima apalagi, aliansi terjadi tanpa sepengetahuannya sebagai pemimpin mafia tertinggi. "Aku tidak masalah, tapi ayahmu dan mafia kalian yang akan rugi," timpal Cristian angkuh. Untuk pertama kalinya ia mengeluarkan suara dan itu membuat membuat Kai bertambah geram. Bagaimana tidak, gayanya yang angkuh dan nada bicara yang sombong membuat Kai ingin meledakkan kepalanya saat itu juga. "Aku pemimpin di sini, Ayah. Dan keputusanku adalah mutlak. Aku tak akan beraliansi dengan kelompok mafia saingan," tolak Kai dengan tegas. Saat bersitegang terjadi, tangan kanan Alonzo yang berjaga di depan pintu menginterupsi. Pria kekar berkacamata hitam itu mempersilahkan masuk dua orang yang sudah ditunggu oleh Alonzo yakni Krista dan juga Jade yang diperintahkan Alonzo untuk ikut bergabung masuk. Jade ... Kedua netra Kai menyendu kala matanya bertemu dengan Jade. Sang pria bahkan tak memandang presensi gadis cantik yang merupakan calon istrinya yang tepat berdiri sebelah Jade. "Kai, perkenalkan. Ini adalah Krista Rivera, calon istrimu." Tanpa memikirkan perasaan Kai, secara terang-terangan Alonzo malah memperkenalkan Krista secara resmi. Woah! Pria bernama Kai ternyata sangat tampan. Kukira dia seorang pria tua, batin Krista terpesona pada pandangan pertama. "Tidak, ayah. Aku sudah memiliki wanita yang kucintai dan itu adalah Jade Siera." Dengan tegas Kai mengatakan hal di luar prediksi semua penghuni di ruang kerjanya. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan lagi dan rela mempertaruhkan apapun untuk mempertahankan cintanya. Di sisi lain, Krista cukup kecewa Nyatanya, wanita yang mengawalnya sedari tadi adalah seseorang spesial untuk Kai, pria yang membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama. "Apa-apaan ini, Alonzo? Aku dan putriku tidak datang untuk dipermalukan seperti ini!" protes Cristian. "Tenang, Cristian. Aku akan menyelesaikan ini." Alonzo lantas memberi gelagat pada tangan kanannya untuk menjalankan sebuah rencana. Sang tangan kanan bernama Cole lantas memberi isyarat dengan panggilan kilat dan tak butuh waktu lama segerombolan penjaga masuk mengapit lengan Jade. "Apa yang kau lakukan—" Sayangnya, Kai yang lengah berhasil diperdaya oleh sebuah jarum suntik penenang yang disuntikan oleh Cole. Sedangkan Toni yang ingin menolong Kai kini tak berkutik imbas todongan senjata dari anak buah Alonzo lainnya "Bos!" Toni memekik kala tubuh Kai lunglai tak sadarkan diri jatuh ke permukaan lantai efek suntikan. "Kau apakan Kai, Brengs*k?!" teriak Jade dengan mata yang berkaca-kaca pada Alonzo. "Ah, kau nona assassin yang terkenal itu!" Perhatian Alonzo kini teralih pada Jade. "Kita akan bicara nanti. Cepat penjarakan dia!" lanjut Alonzo seraya memberi perintah pada anak buah yang mengapit Jade. Tak hanya sang assassin, Alonzo meminta Toni menuruti perintahnya jika ingin selamat. Ia lalu meminta Toni untuk membopong tubuh Kai ke kamar. Beberapa saat kemudian. Kai mulai membuka mata perlahan meski merasakan kepalanya masih sangat berat. "Kau sudah siuman?" tanya suara wanita yang terasa asing bagi Kai. "Jade ... " "Aku bukan Jade. Aku Krista." Setelah mencoba memperbaiki pandangan, Kai terperanjat menemukan sosok wanita cantik berambut pirang yang ternyata bukan Jade melainkan Krista. "Kenapa kau masih di sini? Dimana Jade?" tegas Kai tak sabaran. "Hey, tenanglah. Aku bukan musuhmu dan aku pun korban perjodohan," timpal Krista lantang. Meski sebenarnya takut pada perangai bos mafia kejam seperti Kai, sang puan sangat menyukai tantangan. "Lalu dimana Jade?" "Jade di penjara sekarang," jawab Krista datar. Tanpa menghiraukan Krista, Kai lantas beringsut cepat meninggalkan ranjangnya. Namun, entah mengapa tubuh Kai kembali ambruk karena merasakan lemas tak berdaya. "Apa yang terjadi pada tubuhku?" "Kau tidak bisa kemana-mana untuk sementara karena anak buah ayahmu telah menyuntikkan cairan pelemas otot," tanda Krista.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN