Chapter 39

1160 Kata

Tak bisa dipungkiri, darah Mama yang mengalir di tubuhku dan tubuh Patria, berhasil menghanguskan janji sombongku untuk tidak peduli, tidak memeluk dan tidak menyapa anak tak berdosa ini. Dua tahun setengah aku bahkan tak sudi menyebut namanya. Kini Patria hangat dalam pelukanku, seluruh wajahnya basah dengan ciuman dan air mataku. "Aa cinta dan sayang Patria. Sampai kapanpun dan apapun yang terjadi, kamu akan tetap menjadi belahan hati Aa. Maafkan segala kesombongan Aa selama ini." Hanya itu kalimat yang bisa aku bisikan ke telinga adik tercintaku. Aku tak peduli Patria tak mengerti dengan ucapanku. Sama tidak mengertinya dia akan masa lalu yang pernah terjadi antara Mama, Ayah Pram dan Ardi ayahnya. Patria balita suci dan yang tak seharusnya kusingkirkan dari hatiku. Aku bisa merasaka

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN