“Eh… eh… tas aku jangan dianiay4 dong!”
Karamel segera menarik tas ranselnya dari tangan pemuda tampan yang baru saja bergabung bersamanya di dalam kelas. Kelas masih terlihat sepi. Hanya ada beberapa murid yang baru datang, dan beberapa murid itu lebih memilih menghabiskan waktu di kantin sampai bel masuk berbunyi. Berbeda dengan Karamel yang memilih duduk manis di dalam kelas.
Karamel berharap dua sahabat yang biasa bersamanya cepat datang. Harapan tinggal harapan. Yang datang justru orang yang selalu terlibat pertengkaran manja dengannya. Siapa lagi kalau bukan sang sepupu yang jahilnya setengah mamvus, Tristan Kalandra Adjikusuma. Pemuda itu adalah anak ke-dua dari Om dan Aunty tersayangnya, Gerian Putra Adjikusuma dan Kinanti Alexa Danudirja. Kinanti adalah adik dari Pipi Karamel, dan Karamel sangat dekat dengan keluarga Auntynya tersebut.
“Pinjem PR kamu doang. Jangan pelit sama saudara. Tar lubang hidung kamu sempit.”
“Ya kalo lebar, terowongan bis namanya!”
“Dih ngelucu. Gak lucu tau.”
“Bodo amat! Lepasin tas aku. Tar rusak aku aduin ke Ayah Ai loh!” Karamel mengancam dengan cara menyebut nama ayah pemuda itu. Ia mendelik sebal saat sang sepupu justru semakin menarik tasnya dari sisi yang lain. Alhasil mereka saling tarik menarik seperti lomba tarik tambang.
“Gak apa-apa. Aduin aja,” tantang Tristan dengan wajah super duper songong yang pemuda itu miliki. Kalau Karamel mengadu ke ayahnya, Tristan tidak akan takut, karena sang ayah adalah orang tersabar dan terkocak yang pernah pemuda ini temui. Beda lagi jika Karamel akan mengancam mengadukannya pada sang bunda yang galaknya seperti preman. Nyali Tristan akan langsung menciut.
Bod0hnya Karamel tak pernah mengingat jika sepupunya itu takut sekali pada Kinanti.
Enak juga punya sepupu pol0s dan o0n seperti Karamel. Tristan bisa dengan bebas menjahili sepupu tersayangnya ini.
“Hayoloh… hayoloh… tas kamu mau rusak.”
“Trisstaaan~!” Mata Karamel melotot panik ke arah tasnya.
Sepupunya ini sial4n sinting.
Lihatlah, senyum pemuda lebih dari tujuh belas tahun itu justru semakin boros. Senyum yang lebih ke arah mengejek. Kan si4lan banget!
“Makanya pinjemin PR kamu sih.”
“Ya kamu kenapa gak ngerjain coba?!”
“Aku ketiduran.”
“Enggak mungkin banget. Kamu pasti nge-game gak berenti kan?” curiga Karamel.
“Iya maksudnya aku nge-game sampai ketiduran. Pas mau ngerjain, eh tau-tau udah terbit aja mataharinya,” cengir pemuda itu tanpa rasa berdosa.