Aku terus menggenggam tangannya sambil menangis. Menciuminya sesekali. Tangan Dante yang besar dan hangat kini terasa dingin. Kadang-kadang aku mengelus perutku yang sudah membesar sambil berbisik pada calon anakku, untuk membantu membangunkan daddynya. Kami tidak akan berdua saja tanpa Dante. Si pangeran berperilaku buruk tapi memiliki hati yang sangat lembut dan penyayang ketika mencintai. Banyak sekali mimpi yang ingin aku wujudkan bersamanya ketika anak kami lahir nanti. “Sayang, kalau kamu bangun, aku akan mengatakan cinta padamu setiap hari sampai kamu bosan. Aku akan menciumimu setiap hari seperti yang selalu kamu inginkan. Aku mencintaimu, Dante, sudah sedalam ini jadi tolong jangan jahat. Jangan meninggalkanku! Mana mungkin aku bisa mendidik anak kita sendirian,” bisikku kemudian