Setiap pagi Dante sangat rajin menemaniku jalan-jalan di sekitar taman belakang memutari rumah melalui jalan setapak dengan bebatuan kecil yang sengaja Dante buat. Menggandeng tanganku mesra dan membicarakan banyak hal hingga aku berkeringat. Setelah itu dia akan menyuruhku duduk di gazebo lalu dengan gesit dia mengambilkan aku minum. Bukankah sekarang aku sedang membuat seluruh wanita di dunia iri? Karena aku yakin laki-laki seperti Dante sudah sangat langka dan beruntungnya aku malah mendapatkannya. “Dante, yang keras sedikit pijitnya,” rengekku. Dia kemudian tersenyum, sedikit menambah tenaganya yang sedang memijit kakiku. Telaten sekali dan tidak pernah mengeluh. Dante bilang dia ingin menjadi suami siaga yang baik dan bertanggung jawab. Yang tidak memiliki cela sedikitpun sehingga bi