Sejak usia kehamilanku sembilan bulan, Dante yang lebay itu sudah tidak lagi berangkat ke kantor. Kerjaannya setiap hari adalah mengekoriku kemana pun aku pergi. Mama dan papa yang sejak aku hamil tua ikut pindah ke rumah kami pun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan putranya yang mulai mengerikan kadar posesifnya. “Sita jangan ke dapur!” Dia berteriak padahal aku baru beranjak dan mengarahkan tubuhku ke dapur saja. Mama dan papa sampai terlonjak kaget mendengar teriakan Dante. “Aku cuma mau ambil minum, Sayang,” ucapku sambil memutar mata. Dante menjadi seribu kali lebih menyebalkan ketika kemarin dokter memberi prediksi bahwa kehamilanku hanya tinggal sekitar dua mingguan saja. “Duduk aja, aku yang ambilkan,” ucapnya tidak ingin dibantah selanjutnya dia bergegas menuju da