WARNING21+! Setelah hampir setengah jam aku menangis dan Dante terus memelukku dengan sabar, akhirnya aku menghentikan tangisku dan melepaskan diri dari pelukan Dante. Ingin menikmati perjalanan kami. “Dante, aku mau makan permen kapas itu,” ucapku tiba-tiba ketika mobil yang kami naiki berhenti di lampu merah dan aku melihat ada seorang kakek yang berjualan permen kapas. Sudah tua dan terlihat kelelahan tapi laku sekali. Anak-anak berbaris untuk membelinya dan kakek itu tersenyum dengan ramah. Membuatku memikirkan seandainya aku memiliki seorang ayah yang ramah dan baik seperti itu pasti menyenangkan karena aku bisa berbagi cerita dengannya. Air mataku kembali jatuh. “Iya, Sayang aku beliin, jangan nangis.” ucap Dante lembut sambil menghapus air mataku. Laurent segera menghubungi anak