Bab 3

1393 Kata
Gabriel tetap dengan hobinya bersenang — senang dengan kehidupan bebas dan kehidupan malamnya,dia tidak peduli kalau besok adalah hari pernikahannya dengan  Zahra, baginya pernikahan itu hanya usaha kakeknya agar dia berhenti bersikap liar seperti sekarang.   "Wah Tuan Muda Gabriel Cassanova, bukannya mempersiapkan diri untuk acara pernikahannya, eh malah di sini bersenang — senang dengan para p*****r yang hanya menginginkan uang lo saja," sindir Vardan tajam. Gabriel menoleh dan dilihatnya Vardan sedang menatapnya dengan tatapan cemooh dan penuh sindiran. "Oh lo, kapan balik dari Bali?" tanya Gabriel sinis.  "Tadi malam, kenapa wajah lo suntuk amat bukannya besok lo akan jadi seorang suami?"sindir Vardan lagi. Wajah Gabriel semakin kesal dan dia melemparkan botol kosong air mineral ke arah lantai.  “Jangan bahas masalah pernikahan di depan gue," kata Gabriel kesal. "Loh memangnya lo ada masalah dengan calon istri lo? Calon istri lo tidak bisa memuaskan lo di ranjang seperti p*****r-p*****r itu?" Vardan yang mempunyai perangai sebelas dua belas dengan Gabriel bertanya setelah melihat wajah tidak bahagia sahabatnya itu. "Jangankan menyentuhnya, melihatnya saja bikin gue mau muntah!" balas Gabriel dengan raut wajah jijik dan muak setiap membayangkan wajah Zahra yang menurutnya sangat jelek. "Wah wah wah Gabriel sang Cassanova apakah mau dinikahkan dengan wanita tidak cantik?" sindir Vardan lagi. Gabriel menghela napas dengan berat, "Lo akan lihat saat gue nikah besok, lo lihat bagaimana jeleknya wanita yang dipilihkan kakek gue," balas Gabriel dan dia semakin sakit hati mengingat besok hidupnya akan terkungkung dalam pernikahan yang tidak pernah sedikitpun dia inginkan. "Oke gue besok pasti datang, please sediakan cewek buat gue besok, lo taukan hasrat terpendam gue?" balas Vardan dengan senyum sumringah, Gabriel mengangguk dengan cepat. "Ya ya ya lo itu sukanya dengan wanita-wanita berseragam pelayan, lo pilih deh besok yang mana lo suka, tapi ingat jangan pernah lo paksa kalau dia tidak mau, bisa — bisa gue dibunuh kakek kalau tau gue umpanin para pelayan buat lo," ujar Gabriel memberi peringatan kepada Vardan agar tidak bersikap berlebihan nanti saat acara pernikahannya berlangsung. Vardan langung memberi tanda oke dengan jarinya. "Yeee gue pakai karena gue suka, kalau nggak lanjut mah bukan karena apa — apa,tapi karena nggak jodoh," balasnya tidak mau kalah.  "Terserah lo, pokoknya jangan buat masalah yang bisa membuat kakek menyetir gue. Sudah cukup hidup gue diatur dengan menikahi wanita jelek itu," Gabriel kembali meminum minuman yang sejak tadi entah sudah berapa botol dia habiskan.   ***** Gabriel pulang dalam keadaan mabuk parah. Kakek yang melihat kelakuan cucu satu - satunya hanya bisa menghela napas berat.Entah sampai kapan Sampai kapan dia harus melihat Gabriel merusak dirinya dengan minuman dan wanita-wanita p*****r yang hanya menginginkan uangnya. Zahra yang gugup karena besok hidupnya akan berubah mulai susah tidur karena menunggu hari bahagianya, dia keluar dari kamar untuk mencari angin sekaligus mengambil segelas air. Zahra mendengar suara berisik di ruang tamu dan berjalan mendekati arah suara itu.Zahra melihat Gabriel sedang sempoyongan karena pengaruh minuman keras yang diminumnya di club malam tadi. Gabriel tertawa sinis melihat Zahra sedang menatapnya tanpa berkedip.   "Gue nggak mau nikah sama lo!" teriak Gabriel sambil menunjuk ke arah wajah Zahra. Zahra berjalan mendekati Gabriel. "Ayo kita ke kamar," Zahra memegang pinggang Gabriel dan membawanya menuju kamar yang kelak akan menjadi kamar pengantinnya. "Gue bilang gue nggak mau! Gue sukanya wanita-wanita cantik yang bisa buat gue puas  di ranjang," racaunya lagi. Zahra menghela napas mendengar ucapan Gabriel yang hanya memikirkan s*x dan hubungan intim saja. "lya aku akan belajar untuk memuaskan kamu,"balas Zahra pelan. "Gue nggak mau punya istri yang bisanya ngerecoki gue dengan rengekan dan semua hal yang membosankan," lanjut Gabriel lagi masih meracau dalam kondisi tidak sadar. "Aku nggak akan merecoki apapun yang mau kamu lakukan," balas Zahra meladeni semua ucapan jahat Gabriel kepadanya. "Gue ingin tau siapa wanita itu!" Gabriel mulai meracau pelan. Zahra terdiam dan mmendengar ucapan Gabrial barusan. "Kak, sampai kapan kakak akan melupakan aku?" Zahra merebahkan Gabriel ke raniangnva. Zahra menyentuh pipi Gabriel dengan penuh kerinduan, sentuhan yang terakhir bisa dia lakukan kepada Gabriel semenjak 10 tahun yang lalu saat malam pertama pernikahan mereka.   ****   Setelah melihat Gabriel tidur akhirnya Zahra keluar dari kamar Gabriel, saat membuka pintu dia melihat kakek sedang berdiri menunggunya. “Maafin kakek Zahra,”ucap kakek sambil memegang tangan Zahra dengan lembut. “Nggak apa-apa kok kek,” Zahra hanya bisa tersenyum walau sangat sakit melihat Gabriel bisa berubah menjadi seperti sekarang. “Sabar ya nak, suatu saat nanti dia akan tahu siapa kamu dan kenapa kamu bisa menjadi seperti ini,” balas kakek menenangkan Zahra. Zahra kembali tersenyum. “Aku akan tetap menunggu kek, menunggu dia kembali ke sisiku,”Zahra memberikan senyum kepada lelaki tua yang semenjak 10 tahun yang lalu mulai melunak dan menerima Zahra sebagai keluarganya. Kakek menepuk pelan dua bahu Zahra. “Ya sudah kamu tidur saja, besok hari pernikahan kalian,” ujar kakek.  "Kakek lupa, ini bukan pernikahan pertamaku kek tapi pernikahan yang akan aku lakukan dengan laki-laki yang sama tapi dalam kondisi yang berbeda," balas Zahra. Mendengar ucapan Zahra barusan membuat kakek semakin merasa bersalah.  "Maafin kakek, semua ini gara — gara ego kakek yang membuat kamu dan Gabriel …" suara kakek tercekat dan dia kembali merasa bersalah.  "Sudahlah kek, jangan dibahas aku nggak mau kakek sedih atas masalah ini," Zahra meninggalkan kakek dan kembali masuk kekamarnya. Zahra membuka laci meja dan mengeluarkan sebuah kotak beludru merah. Ada dua cincin di dalam kotak itu. "Sudah waktunya cincin ini kembali Ke asalnya," Zahra mengambil salah satu cincin dan melihat ukiran sebuah nama. Nama yang sudah terpatri sangat dalam di dalam hatinya.   **** "Saya terima nikahnya Zahra Syaqila binti Almarhum Hari Hutama dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar Rp 21.012.014 dibayar tunai," dengan satu helaan napas Gabriel mengucapkan janji pernikahan dihadapan penghulu yang menikahkan mereka. "Saksi sah?" tanya penghulu.  "Sahhhhhhhhhhhhhhhhhhh." "Alhamdullilah," seluruh pihak yang menghadiri acara akad nikah itu mengucapkan syukur acara akad nikah berjalan dengan lancar. "Baiklah sekarang pihak pengantin wanita harus mencium tangan suaminya," kata penghulu. Zahra mendekati Gabriel dan mencium tangannya tanda hormat kepada suami, Gabriel yang ingin berbicara menarik pinggang Zahra dan membisikkan kata - kata yang menyakitkan Zahra. "Sebesar apapun usaha lo untuk menutupi wajah cacat itu, di hati gue … lo tetap seorang wanita cacat," bisiknya dengan pelan. "Sebesar apapun rasa benci kamu ke aku, di hati aku kamu tetap suamiku," balas Zahra pelan dan tidak mau kalah dalam intimidasi yang sudah Gabriel tebarkan meski baru beberapa menit yang lalu status mereka sudah berubah menjadi sepasang suami istri. "Lo!” Gabriel merasa marah mendengar Zahra membalas perkataannya. "Wah pengantin baru sudah tidak sabar untuk berduaan," kata tamu yang datang. Zahra dan Gabriel melepaskan pelukannya dan kembali tersenyum dengan kaku. Zahra meminta kepada kakek untuk tidak mengadakan acara resepsi karena akan buang — buang uang, jadi untuk apa melakukan acara resepsi yang tidak penting. Jadi hanya di acara akad nikah ini mereka mengundang teman dan sanak saudara. "Selamat ya," Vardan menyalami Gabriel dan membisikinya pelan. "Istri lo cantik bro," bisik Vardan. Setelah mengatakan itu Vardan pergi menuju tempat di mana para pelayan sedang berkumpul. "Cantik dari Hongkong, mata Vardan buta karena seleranya sangat rendahan," Gabriel melihat Vardan, teman semenjak dia masih remaja mendekati seorang pelayan yang bernama Maryam. "Lo bilang sama pelayan lo, hati — hati sama playboy itu," bisik Gabriel ke arah Zahra. "Mereka sudah dewasa dan tahu mana yang baik dan mana yang buruk," Zahra membalas ucapan Gabriel dengan nada datar. "Ckckkckck," Gabriel semakin kesal dengan ulah Zahra yang selalu membalas perkataannya. "Setelah acara membosankan ini, gue mau pergi cari pelampiasan. Lo bilang saja sama kakek kalau gue ada kerjaan di kantor, gue nggak mau kakek bikin ulah lagi dan membuat kepala gue pusing dengan aturannya,”ujar Gabriel agar Zahra bisa menghalangi kakek mengganggu hidupnya lagi. Zahra menggeleng pelan.  "Kenapa cari di luar sedangkan di sini kamu bisa melampiaskan ke aku, kamu belum pernahkan merasakan tubuhku kan?” ujar Zahra agar Gabriel tidak berhubungan lagi dengan p*****r-p*****r di luar sana. Gabriel tertawa lepas lalu menatap Zahra panjang.  "Gue nyentuh lo? Mimpi!”balas Gabriel dengan nada cemooh.  Zahra tertawa dan menatap Gabriel dengan tajam. “Mau taruhan? Kamu bisa puas atau tidak setelah meniduriku?” tawar Zahra, "Apa hadiahnya?” Gabriel memang tipe laki-laki yang pantang ditantang apalagi ditantang wanita seperti Zahra membuat adrenalinnya memuncak. "Kalau kamu puas, kamu harus mengabulkan semua permintaan aku tapi kalau kamu tidak puas dan merasa aku ini hanya sebuah tembok yang tidak bisa memuaskan kamu, aku akan meninggalkan kamu,”balas Zahra.  "Kapan? Sekarang? Biar lo bisa secepatnya meninggalkan gue dan kita bercerai,” balas Gabriel dengan tidak sabar. "Sabar, hari ini tidak bisa,” ucap Zahra. "Kenapa tidak bisa? Lo mau ingkar janji?”Gabriel mulai tidak suka dengan sikap Zahra.  "Aku lagi datang bulan, tadi pagi dan membutuhkan waktu satu minggu,”balas Zahra berbohong.  “Oke deal satu minggu lagi kita lakukan taruhan kita,”Gabriel menjulurkan tangannya ke arah Zahra.  "Dan selama satu minggu ini kamu tidak boleh menyentuh wanita lain, aku tidak mau saat kamu melakukan hal itu dengan aku, aku merasakan bekas wanita lain di tubuh kamu, setelah taruhan kita selesai terserah kamu mau melakukan itu dengan wanita lain,”ujar Zahra lagi.  "Oke! Gue nggak sabar buat menunggu lo ninggalin gue,”balas Gabriel dengan tawa sinisnya.  Zahra membuang napas lega, dia sebenarnya tidak sedang datang bulan, baru kemarin dia selesai. Cuma sekarang belum waktunya, dia harus belajar cara memuaskan laki — laki seperti Gabriel. Taruhan ini hanya cara Zahra supaya Gabriel tidak menyentuh wanita lain dan bisa seutuhnya menjadi milik Zahra.   **** Tbc    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN