Seminggu penuh Ceye seperti orang yang tak punya jiwa, bahkan ia tidak akan makan atau mandi kalau keluarganya tidak memaksanya. Ceye pelan-pelan membuka pintu ruang rawat Ana, senyuman manis nya tidak sekalipun luntur dari bibir tipisnya. "Good morning sayang." Ceye menaruh buket bunga yang dibawanya ke atas nakas, mengecup lembut dahi istrinya. "Mau sampai kapan kamu tidur terus, hm? Kamu gak kangen sama aku? Putra-putra kita lucu banget loh, gemoy-gemoy." Celetuk Ceye mencoba menghibur diri sendiri. Tak ada tanggapan, kelopak mata cantik perempuan itu masih saja keukeh terpejam. Ceye meneguk ludah, mendongak kan kepala agar tidak menangis, rasanya ratusan kali pun ia menangis juga tak akan pernah cukup. "S-sayang ... buka mata kamu ya," Ceye duduk di sebelah brankar Ana sembari memeg