Ada beberapa hal yang sangat sulit Natasha pahami. Salah satunya adalah tentang kemunculan Michael dalam hidupnya. Lelaki itu tiba-tiba datang, lalu dengan begitu mudahnya menghancurkan pertahanan Natasha untuk tidak berpaling dari lelaki lain.
Bagi Natasha Drew adalah sosok yang sangat ia cintai. Sosok sempurna yang sangat tepat untuk di pertahankan. Namun sekarang, setelah Michael datang semuanya terasa berbeda. Perasaan itu semakin kuat mengetuk hati Natasha. Perasaan untuk Michael. Perasaan yang meminta kedua mata Natasha untuk mengenali lelaki itu.
Natasha terdiam, merasa tidak nyaman dengan semua ini. Ia merasa kaku bukan main. Duduk berdua bersama Michael di taman belakang, ditemani kerlip bintang dan cahaya rembulan. Dan lebih parah genggaman lelaki itu tidak lepas sedikit pun dari jemarinya. Seolah lelaki itu takut jika Natasha pergi lagi dari hidupnya.
"Bukankah lebih baik kita masuk? Angin malam tidak baik untuk kesehatan," lirih Natasha memecah keheningan.
Michael meliriknya, dan lelaki itu tersenyum. Ekspresi yang amat langka bisa terlihat dari bibir lelaki itu. "Kau kedinginan?"
Pertanyaan balik itu berhasil membuat Natasha menelan salivanya gugup. Mengapa jantungnya terus berdebar seperti ini saat melihat senyuman Michael?
Natasha buru-buru melempar tatapannya ke arah lain. Jangan jadi w************n Natasha, tidak seharusnya ia menyukai seseorang dengan waktu sesingkat ini.
"T-tidak."
Michael menaikan satu alisnya. Wanita ini sedang gugup. Michael bisa menebak dari nada suara ataupun gestur tubuh Natasha. Wanita ini sedang kewalahan mengendalikan hatinya. Sejenak Michael tersenyum, sungguh, sangat menggemaskan.
"Perlukah kita masuk dan menghangatkan tubuh di atas ranjang?"
Natasha melirik sinis Michael saat kata-kata frontal itu terdengar menyebalkan di telinganya. Apa tidak ada bahasan lain selain ranjang? Apa otak lelaki ini berada di s**********n?
Refleks Natasha langsung menolak mentah-mentah usulan Michael. "Dalam mimpimu!" Dan kekehan geli Michael kembali terdengar.
Bagus Natasha. Bersikap lah terus seperti itu. Itu tandanya kau sudah masuk perangkapku.
"Tadi sore kau meminta agar aku mengajarimu cara mencintaiku kembali kan? Mungkin kita bisa belajar dari hal yang sepele dulu. Seperti memuaskan aku di ranjang? Atau menciumku di taman ini?"
Cukup, kesabaran seorang Natasha sudah cukup. Semakin dibiarkan ego lelaki ini malah melambung tinggi dan kepercayaan dirinya semakin tak terkendali. Semakin menyebalkan. Jadi Natasha memutuskan untuk bangkit dan melepaskan genggaman tangan Michael dari tangannya.
Bodoh! Mungkin otaknya sudah gila menerima Michael begitu saja untuk masuk mengetuk kembali hatinya. Tetapi Natasha memutuskan itu juga ada alasannya. Ia ingin tahu. Benarkah Michael adalah suami yang sesungguhnya?
"Aku akan tidur," ucap Natasha.
Michael ikut berdiri dan mencegah tangan wanita itu untuk pergi. Mengeluarkan buket bunga indah di belakang tubuhnya lalu menyodorkan buket itu di depan mata Natasha.
"Bunga untukmu."
Deg
Natasha tertegun dengan jantung yang hampir meluncur jatuh. Tidak pernah membayangkan Michael akan melakukan hal seperti ini.
"Ambillah."
Sedikit ragu namun Natasha tetap memutuskan untuk mengambil buket bunga itu. Mencium harumnya dan kemudian lekuk bibirnya tidak bisa dikendalikan untuk tidak tertarik lebar ke atas.
Natasha suka bunga ini. Melambangkan kepolosan dan keindahan. Terlihat sangat cantik. Pusat bunga kecil yang dikelilingi kelopak-kelopak yang merekah, bulat, seperti bunga matahari. Michael memberinya bunga aster berwarna ungu. Yang melambangkan keunikan. Namun di balik itu, bunga aster sering dipakai untuk melambangkan kesetiaan cinta.
"Terima kasih," ucap Natasha. Dia termasuk jenis wanita yang terobsesi pada bunga. Mereka cantik dan kuat. Walaupun harus di tempa cuaca ekstrim dan dicampakkan para kumbang, mereka tetap bertahan memancarkan keindahan.
Tubuh Michael mulai mendekat. Melihat senyuman itu. Michael tidak yakin bisa mengendalikan gairahnya. Hingga tanpa perizinan tangan Michael mulai meraih rahang wanita itu dan menariknya hingga bibir mereka menempel sempurna.
Natasha sontak terbelalak, cukup tekejut dengan ciuman tiba-tiba Michael. Namun ia tidak menolak dengan apa yang mulut Michael lakukan pada bibirnya. Ada suatu keinginan untuk tidak mengacaukan ciuman ini. Sebaliknya Natasha membalas ciuman Michael dan tanpa di duga kedua tangannya bergerak, mengalung di leher Michael, membentuk pelukan.
Toh tidak ada salahnya, Natasha memutuskan untuk mencoba mengenali Michael.
Dengan membalas ciuman lelaki itu. Mungkin akan sedikit membantu untuk mengetahui rahasia yang tersimpan di dalamnya.
***
Brak
Punggung Natasha terhempas di dinding kamar saat Michael melepaskan mulutnya untuk mengais napas. Namun baru beberapa detik dia mengais napas. Mulut lelaki itu kembali menyerangnya dengan ciuman. Semakin menyudutkan tubuh Natasha.
Buket bunga aster yang masih setia ada di genggaman tangan Natasha seketika terlepas. Terjatuh di lantai menyebabkan kelopak cantiknya bertebaran. Namun mereka seolah tidak terganggu sedikitpun. Michael semakin panas menyesap bibir Natasha yang sudah membengkak karena ulahnya.
Natasha kembali memanfaatkan waktu untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya selagi lelaki itu sibuk membuka jas yang di kenakannya. Tubuh Natasha kemudian di raih Michael kembali. Lalu tangan kokoh itu membawa tubuhnya ke dalam gendongan, berjalan lalu menghempaskan tubuh Natasha dengan lembut di atas ranjang.
Michael menatap dalam wajah Natasha. Menelusuri keindahan wajah yang sangat cantik itu. d**a keduanya pun terlihat memburu, ciuman kali ini benar-benar menguras pasokan udara dalam paru-paru mereka.
"Aku sangat bahagia. Kau bisa menerimaku," ucap Michael. Tangannya menelusuri pipi mulus Natasha dan berakhir di bibirnya. Mengusap bibir bawah Natasha lewat ibu jarinya. "Ini adalah impian yang selama ini aku inginkan."
Natasha sendiri hanya diam. Menahan napas saat tangan Michael turun ke area atas tubuhnya yang masih terlapisi gaun tidur. Michael meremas gundukan kenyal itu sambil tatapannya tidak lepas sedikitpun dari wajah Natasha.
"Apa kau akan mengizinkanku jika aku menginginkanmu sekarang?"
Tidak biasanya. Kali ini lelaki itu meminta izin terlebih dahulu. Berbeda dengan kemarin yang selalu memanfaatkan tubuh sensitifnya untuk memaksa melayani nafsu bejatnya.
"Y-ya," gugup Natasha ketika Michael semakin menatapnya intens. "Tapi dengan syarat?"
Kening Michael langsung berkerut.
"Syarat?"
"Aku ingin melihat foto istrimu."
***
Pagi yang cukup menyenangkan. Pasalnya Natasha kini sedang berjalan mengikuti langkah lebar Michael. Menuju sesuatu yang mungkin bisa menjawab semua pertanyaan yang menggunung di dalam otaknya.
Michael menepati janjinya, membawa Natasha masuk ke dalam kamar yang cukup privasi. Hanya pelayan tertentu yang bisa masuk ke sini. Dan mungkin keberuntungan sedang hinggap di dalam diri Natasha. Bersyukur lelaki pemarah seperti Michael mau memenuhi persyaratan yang di ajukannya.
Natasha melirik area sekitar. Kamar ini lebih mewah dari kamar yang diberikan Michael untuknya. Berwarna abu-abu dengan lukisan bunga daisy ungu yang terlihat menggantung indah di dinding atas bagian kepala ranjang.
"Kau duduklah di sini. Aku akan mengambil foto itu di ruang pribadiku."
Natasha terhempas di sisi ujung ranjang saat lelaki itu menyentuh kedua bahu, dan menjatuhkan tubuhnya di sana. Natasha menatap heran Michael yang berjalan memasuki pintu lain. Dia mulai berpikir, sebenarnya ada berapa lagi ruang pribadi di mansion ini?
Natasha mencoba untuk tidak peduli. Ia menunggu Michael dengan patuh. Sesekali pandangannya menelusuri lukisan daisy ungu di dinding Michael. Terlihat sangat indah dan menakjubkan.
Cklek
Suara pintu terdengar dibuka. Natasha bisa melihat Michael berjalan ke arahnya. Dengan satu pigura berukuran sedang ada di dalam genggaman lelaki itu.
Jantung Natasha semakin berdebar. Jika Michael adalah suaminya. Ia pasti akan ingat bukan jika dalam foto itu adalah dirinya. Terkecuali memang istri Michael hanya mirip dengannya. Natasha pasti tidak akan mengenali foto itu adalah dirinya sendiri.
Michael duduk di samping Natasha, lalu menyodorkan pigura itu ke hadapan Natasha.
"Foto istriku."
Natasha meraih pigura itu dan terdiam sejenak. Mengamati foto seorang wanita cantik sedang memakai dress biru, dengan pemandangan taman bunga yang luas. Natasha bisa melihat senyuman wanita itu terlihat bahagia sambil memandang ke arah yang berlawanan dari kamera. Sepertinya Michael mengambil foto itu tanpa sepengetahuan objeknya.
Wajah wanita ini memang persis seperti dirinya. Foto ini kemungkinan di ambil saat wanita itu masih muda. Natasha mencoba mengingat-ngingat kembali. Apakah ia pernah mempunyai dress cantik berwarna biru seperti ini. Dan apakah ia juga pernah mengunjungi taman luas seindah ini dengan laki-laki.
Natasha berpikir terus berpikir, mencoba menggali ingatannya kembali. Namun nihil dia tidak pernah mengingat. Memakai dress itu ataupun berkunjung ke taman itu. Semuanya terasa baru pertama kali melihatnya. Saat ini. Natasha tidak mengenali wanita itu.
Wanita itu bukan dirinya.
"Wanita ini bukan aku? Aku tidak pernah datang ke tempat ini." Tatapan Natasha kini beralih menatap Michael. "Berarti kau bukan suamiku!"
Bersambung.