Asya kira dia hamil. Soalnya subuh tadi hingga saat Asya beranikan diri untuk tespack lagi, tak ada jejak darah di sana. Ditambah suami yang muntah-muntah, pikiran Asya sudah menjurus jauh ke eksistensi baby baru di rahimnya, tetapi rupanya Guntur masuk angin sungguhan, bukan efek dari istri dan kehamilan. Sungguh sayang, garisnya satu, dan sorenya pun Asya lihat lagi bercak darah itu. Memang belum rezeki. So, bebaskan! Asya nggak mau mengekang diri dengan perasaan itu. Menggebu ingin cepat-cepat dititipi momongan, padahal konsepnya terserah Tuhan. Namun, ngomong-ngomong, yang jadi masalah sekarang bukan soal Asya, tetapi Guntur yang ingin Asya halangi jalannya. Demi Tuhan! "Mas lagi sakit! Diem di rumah aja kenapa, sih?! Langit juga pasti ngerti!" "Sya ...." Semanis apa pun senyum