Bab.12

836 Kata
Sebelum keberangkatan nya besok pagi nala dan Hans kini nampak akur-akur saja. "Malam ini mau menonton film bersama, di bioskop gitu?" Tawar nala pada Hans yang kini tengah bekerja.  Hans menggelengkan kepalanya, menolak ajakan Nala. "Kok gitu sih kak Hans!" Ujar nala kesal.  Nala tak habis pikir kenapa kedua orang tuanya beserta sang nenek suka sekali menjodohkan dirinya dengan wanita manja dihadapan nya sekarang ini. "Jangan ganggu Nala, sebelum kamu aku usir!" Ujar Hans pada Nala yang tengah menatap nya dengan cinta. "Terserah, aku mau pergi dulu!" Ujar Hans pada Nala.  "Eh mau kemana kak Hans?" Tanya nala sedih.  "Bukan urusan mu." Ucap Hans dingin pada Nala.  Pria itu segera membuka pintu dan membawa masuk seorang wanita cantik. "Hello." Ucap wanita itu pada Hans setelah memberikan kiss di pipi dua kali.  "Masuk dulu." Ucap Hans dengan senyuman manis yang jarang sekali nala lihat ditampilkan lelaki itu.  Hans membawa wanita itu masuk kerumah kerja nya. "Kak Hans." Panggil nala, wanita itu sengaja ingin meminta penjelasan tentang siapa wanita yang tengah datang.  Tapi Hans hanya melihat nya tanpa menjawab nya Nala. Wanita asing itu juga menatap nala sejenak lalu tertawa dan masuk kedalam ruang kerja Hans.  Nala menggenggam satu tangan menahan kekesalan. "Bisa-bisanya!" Kesal Nala pada Hans yang suka sekali tidak memperdulikan nya, padahal besok ia mau pulang ke Amerika dan mereka akan berpisah.  Nala mencoba menguping pembicaraan mereka, tapi ruangan nya begitu kedap suara.  Nala sengaja membuat pintunya tak tertutup rapat agar ia bisa menguping pembicaraan mereka.  "Siapa, kekasih mu yang tinggal bersama?" Tanya wanita itu.  "Jangan bercanda Niken, dia bukan siapa-siapa." Jawab Hans.  Sedangkan nala masih tetap setia mendengar percakapan keduanya didalam walau hatinya sudah cukup sakit dibuat nya.  "Benarkah, kamu gak perlu malu tentang itu. Justru aku jadi gak enak mengganggu acara kalian dirumah. Nampak nya dia juga sedang kesal, aku datang. Sebaiknya kita bicara di luar saja." Ucap Niken pada Hans.  "No, ada dia nanti malah repot. Kamu gak tahu bertapa nyusahin anak itu. Ribet deh, mending kita bicara disini saja." Ujar Hans menolak tawaran Niken untuk bicara diluar.  "Hans aku tahu, paling tahu kamu dari dulu. Kamu menyukai wanita itu bukan, aku bisa melihatnya?" Ucap Niken dengan kekehan dibelakang nya. Nala terus mendekati arah suara itu dan lebih dekat lagi agar semakin terdengar jawaban dari Hans tentang nya.  "Aku udah bilang nggak kan, setelah ini mungkin aku gak bakal ketemu dengan nya lagi. Sedikitpun gak pernah aku niat untuk menyimpan perasaan padanya." Jelas Hans pada Niken. Nala bisa mendengarnya. "Lagi... lagi-lagi kak Hans bicara dibelakang ku seperti itu dan kini dihadapan wanita lain." Ujar nala sedih.  Jangan nangis Nala.  "Bayangkan kalau wanita itu pergi dari sisi mu, apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Niken pada Hans, masih tak percaya mulut hans bisa sejahat ini dengan perempuan selugu Nala di matanya.  Hans terdengar menarik napasnya lalu mengeluarkan nya dengan berat. "Dia menjijikkan Niken, dia beban yang berat untukku..kamu gak tahu apa yang dia lakukan. Anak kecil itu bahkan gak tahu arti cinta tapi mengejar diriku layaknya orang bodoh!" Ucap Hans.  Hans mulai pusing, ingatan nya tentang kabar Icha sudah menikah membuat nya naik pitam! Belum lagi Nala yang suka mengganggu kehidupan pribadi nya.  "Aku masih mencintai wanita ku, dan akan tetap begitu sampai kapanpun." Ucap Hans telak.  Hati nala hancur, sehancur-hancurnya. Tangan mungil nya kini memegangi dadanya yang sesak nya bukan main.  "Menjijikkan?" Gumam Nala.  Kini nala tau perasaan kak Hans yang sebenarnya untuk nala. "Non Nala?" Panggil bi Sarah.  Nala memberi isyarat bibi Sarah untuk tetap diam lewat jari telunjuknya, ia sengaja tak mau membiarkan Hans tau keberadaan dirinya dan mendengar segala keluh kesah pria itu tentang dirinya selama ini.  "Non nangis?" Bisik bi Sarah menghampiri Nala yang terduduk lemas di depan pintu ruang kerja Hans.  Melihat genangan air mata di pelupuk mata indah Nala membuat bi Sarah tak tega meninggalkan Nala sendirian.  Napas nala mulai tersedu-sedu, hingga dirinya tak kuat mengeluarkan suara kembali untuk menjawab pertanyaan bi Sarah. "Jangan bilang kak Hans bi." Ucap nala memohon.  Bi Sarah membantu nala bangkit karena tubuh wanita itu yang terlihat sangat lemah. Memang seharian ini Nala belum makan karena menunggu Hans kerja. Didalam kamar Nala. "Bisa ambilkan nala obat dan air putih bi?" Ucap Nala meminta bantuan.  Bi Sarah mengangguk. "Sebentar ya non, bibi ambilkan." Ucap bi Sarah menuju kelantai bawah.  Dengan cepat, ketika kesadaran nya hampir pulih. Dirinya mengambil koper untuk menaruh beberapa barang nya. Lalu mengambil kembali ponsel nya untuk menghubungi asisten pribadi nya di Amerika.  Selang dua menit, seluruh permintaan nya sudah selesai dikerjakan. Nala memang terlahir dari keluarga kaya oleh karena itu apapun yang diinginkan nya banyak kali bisa tercapai.  Termasuk tiket pesawat untuk kembali ke Amerika malam ini juga. Suara pintu terbuka menampikan bi Sarah yang membawa bungkus obat beserta satu gelas air mineral.  Untung nya Nala sudah menyembunyikan kopernya. "Bibi udah bisa tidur di paviliun belakang. Karena aku mau langsung tidur, udah ngantuk." Ucap Nala sembari tersenyum. Bi Sarah mengangguk. "Salam buat den Hans ya, kata den Hans rapat nya selesai sampai tengah malam." Ucap bibi Sarah.  Nala mengangguk, setelah melihat keadaan diluar yang sepi ia segera menuju ke bawah dan naik taksi yang sebelum nya sudah dipesan.  "Dia itu menjijikkan."  Kalimat Hans yang itu masih terngiang hingga saat ini dipikirkan nya."Jalan pak, langsung ke bandara." Ucap Nala pada sang supir.  "Selamat tinggal kak Hans." 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN