Bab13

569 Kata
Malam ini Hans cukup lelah dengan rapatnya yang berjalan hingga larut. Tapi kini pikiran nya menuju ke depan kamar nala yang terlihat sepi, anehnya wanita itu tidak menganggu nya sama sekali. Padahal biasanya juga suka merecokinya dan mengikuti nya kemana pun Hans berada.  Hans melihat dua tiket konser yang didapatnya dari Niken, diakhir percakapan nya Niken menyadarkan nya akan sesuatu hal tentang Nala. Wanita yang suatu saat mungkin akan menemani hidupnya, karena ia satu-satu wanita yang tulus mencintai Hans.  Walau Hans masih percaya dengan cinta Icha untuk nya, tapi pikiran nya tetap tidak bisa berpaling untuk tidak memikirkan wanita bernama Nala. "Sedang apa bocah itu?" Gumam Hans.  Dirinya bahkan tidak kuat menahan tubuhnya untuk tidak menghampiri Nala saat ini. Kaki Hans mulai bergerak kearah kamar anak kecil itu, dan tangan nya mulai mengetuk pintu nya.  Tak ada jawaban, Hans dengan cepat membuka pintu kamar Nala yang memang tidak pernah dikunci oleh wanita itu. Karena sejujurnya sudah seminggu ini Hans suka memeriksa keberadaan Nala setiap malam sebelum ia tidur.  Hati Hans kini tak tenang saat melihat kekosongan dikamar Nala, bukan hanya kasur tapi alat make-up Nala juga terlihat kosong diatas meja rias.  "Kemana wanita itu?" Gumam Hans sembari memasuki kamar Nala.  "Nala?" Panggil Hans. Mata nya juga kini melebar, melihat bungkusan obat dan satu gelas air yang sudah tidak penuh. "Apa wanita itu sakit?" Ujar Hans bertanya-tanya.  "Nala?" Panggil Hans lagi sembari kakinya melangkah lebih jauh kedalam kamar mandi.  Tapi tetap Hans tidak bisa menemukan keberadaan nala disana. Hati dan pikiran nya juga mulai resah! "Ada apa ini!" Runtuk Hans merasa khawatir dengan keberadaan Nala.  Ini kan sudah malam.  "Apa aku berbuat salah?" Tanya Hans pada dirinya, mengingat Nala yang suka ngambek saat dirinya mulai berkata kasar pada wanita itu.  Hans mulai menghubungi ponsel Nala, tapi tidak ada jawaban sama sekali dari wanita itu. Semakin membuat Hans khawatir saja!  Bi Sarah juga tidak terlihat malam ini, mungkin sudah tidur juga karena jam kini menunjukan pukul dua malam. "Apa nala bersembunyi di suatu tempat?" Gumam Hans.  Tangan nya kini mulai menghubungi nomor bi Sarah, terlalu jauh baginya untuk ke paviliun belakang untuk menemui pembantunya.  Sepuluh menit akhirnya bi Sarah menghadap Hans.  "Bibi lihat dimana Nala?" Tanya Hans tanpa basa-basi.  Awalnya bi Sarah tak mau menjawab pertanyaan Hans karena sudah berjanji pada Nala, tapi saat Hans bilang kalau Nala tidak ada didalam kamarnya ia mulai menceritakan Hans tentang kejadian yang sebelum nya di lihatnya.  Dari menemukan nala yang menangis didepa rumah kerja Hans dan nala yang belum makan seharian karena menunggu Hans selesai bekerja dari pagi juga Nala yang meminum obat dan izin untuk tidur cepat.  Hans yang mendengar penjelasan bi Sarah mulai meremukan kedua tiket yang berada ditangan nya. "Berani sekali dia pergi, bukankah dia bilang dia mencintai Hans?" Tanya Hans tanpa malu pada bi Sarah.  "Maaf den." Ujar bi Sarah meminta maaf ketika melihat wajah Hans yang memerah entah karena menahan emosinya atau menyesal dengan beberapa keadaan yang baru saja terjadi.  Beberapa detik setelah nya, Hans menelan salivanya untuk menahan emosi yang entah mulai tumbuh sejak kapan. "Besok Hans akan ke Indonesia, tolong siapkan beberapa baju hans." Ucap Hans pada bi Sarah.  Bi Sarah mengangguk nurut.  Sedangkan Hans dengan linglung menuju kekamarnya, berniat untuk mengistirahatkan tubuhnya. Rasanya Hans ingin minum malam ini, tapi mengingat dirinya yang akan terbang besok pagi ia pun membuang keinginan nya dalam sekejap.  Hans menatap ponsel nya yang berisikan pesan dari satu asisten Nala yang dikenal nya, mengabari bahwa Nala pulang ke Amerika lebih cepat dari yang sebelum nya direncanakan.  "Wanita itu tidak mendengar kata-kata bullshit ku bukan?" Tanya Hans pada dirinya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN